TATIYE.ID (GORONTALO) – Pilkada memang menyisakan pilu dan derita bagi yang kalah. Meski ada komitmen siap menang dan siap kalah dari para calon, masih ada upaya-upaya lain yang dilakukan calon-calon yang kalah dalam pilkada.
Para calon dan tim sukses bisa dibuat kurang waras dan kehilangan akal sehat ketika kalah. Di beberapa daerah pun bahkan ada kandidat yang menjadi stres hingga gila akibat pilkada.
Besarnya harapan untuk menang, hutang, pinjaman logistik untuk pembiayaan pilkada dan telah berulang kali mengikuti kontestasi menjadi penyebab utama calon bisa stres bahkan gila.
Di Gorontalo, setelah pelaksanaan pilkada serentak Desember 2020, gejala-gejala sudah dirasakan oleh masyarakat yang menduga akan ada calon yang menjadi stres dan gila.
Beredar informasi bahwa banyak masyarakat yang meminta Gubernur Rusli Habibie untuk secepatnya membangun Rumah Sakit Khusus untuk orang stres dan gila akibat kalah di pilkada.
Hal ini dibenarkan oleh Juru Bicara Khusus Gubernur Gorontalo, Noval Abdussamad saat dikonfirmasi melalui telepon seluler perihal adanya permintaan masyarakat tersebut.
“Iya benar, Pak Gubernur banyak menerima Sms dan pesan WhatsApp dimana isinya meminta agar Pak Gubernur secepatnya membangun Rumah Sakit Khusus untuk orang stres dan gila akibat kalah di pilkada serentak akhir tahun lalu,” ujar Noval.
Ketika diminta untuk menyebut dari daerah mana asal warga yang meminta Gubernur Rusli untuk membangun Rumah Sakit Khusus tersebut, dengan nada tersenyum Noval menjawabnya dari Kabupaten Gorontalo.
“Jadi yang meminta ke Pak Gubernur itu warga dari Kabupaten Gorontalo, mereka sudah melihat gejala-gejalanya besar di sana jadi secepatnya meminta Pak Gubernur untuk membangun Rumah Sakit Khusus tersebut,” kata sosok yang kini dipercaya menjadi Sekretaris DPD KNPI Provinsi Gorontalo ini.
Noval juga sependapat dengan pendapat masyarakat tentang faktor utama penyebab para calon dan tim sukses yang mengalami stres hingga menjadi gila karena harapan terlalu besar untuk menang dan berpikir untuk melunasi pinjaman-pinjaman logistik sebelum pilkada.
“Saya sependapat dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa faktor utamanya memang pinjaman berupa hutang, besarnya harapan untuk menang dan ada juga yang stres karena sudah berulang kali ikut pilkada tapi hasilnya selalu kalah”, pungkasnya. (*)