TATIYE.ID (KOTA GORONTALO) – Tarian, iringan musik dan lagu sampai dengan aksi bagi-bagi hadia oleh Wali Kota Gorontalo untuk masyarakat Kota Makassar dan masyarakat rantau asal Gorontalo di Kota Makassar, mewarnai pentas seni budaya APEKSI XVI di daerah berjuluk Angin Mamiri Kamis (13/07/2023) malam.
Kontingen Kota Gorontalo binaan Wali Kota Gorontalo, Marten Taha dan Ketua TP PKK Kota Gorontalo, Jusmiati Taha K. Demak itu, tidak hanya tampil memukau di panggung megah APEKSI tahun 2023. Tetapi berhasil menghipnotis seluruh masyarakat, menyaksikan kontingen Kota Gorontalo tampil dengan pakaian adat khas Gorontalo.
Mopo’u Da’a Lipu lo Hulonthalo, tidak hanya sebatas tema dari pentas yang dilakoni peserta Kota Gorontalo. Namun memberikan makna tersendiri baik untuk masyarakat Kota Gorontalo, serta masyarakat pengunjung pentas seni budaya tersebut. Buktinya, seorang pengunjung mampu menyanyikan lagu khas Gorontalo yakni binde biluhuta, di tengah sesi kuis dari Pemerintah Kota Gorontalo. Pada sesi tersebut tiga pengunjung berhasil mendapatkan hadia dari Wali Kota Gorontalo, karena berhasil menjawab pertanyaan tentang Kota Gorontalo.
Wali Kota Gorontalo, Marten Taha sendiri jelaskan bahwa tema Mopo’u Da’a Lipu lo Hulonthalo itu, sama maknanya dengan tema Rakernas APEKSI XVI tahun ini yakni Kota Kita Maju, Indonesia kita kuat. Karena tujuannya sama-sama untuk membesarkan negeri, yang sama dicintai. Sementara penampilan Tidi, merupakan tari klasik Gorontalo yang berkembang pada abad ke 17 dan 18 dikalangan istana yang memiliki kristalisasi artistik yang tinggi dan telah menempuh perjalanan yang panjang sehingga memiliki nilai tradisional.
“Tidi berarti Tari. Kata tidi menguatkan bahwa tarian ini merupakan jenis tarian klasik dilihat dari busana, gerakan, properti, semuanya bernilai moral dan terdapat 7 jenis tidi dan yang ditampilkan adalah Tidi Da’a. Sedangkan lagu Hulonthalo Lipu’u, merupakan lagu yang menggambarkan keindahan Gorontalo, serta kecintaan dan kerinduan masyarakat Gorontalo terhadap daerahnya,” ujar Wali Kota Gorontalo.
Demikian ditambahkan Ketua TP PKK Kota Gorontalo, Jusmiati Taha K. Demak, dimana tarian Saronde merupakan tarian tradisional Gorontalo, yang di tarikan oleh muda-mudi dengan menggunakan selendang. Dan di tampilkan untuk menerima tamu sebagai simbol penerimaan, serta keramah tamahan masyarakat Kota Gorontalo.
“Pada akhir tarian ini penari akan Mopotambe Salendangi atau mengalungkan selendang, kepada tamu hadirin untuk dapat menari bersama dengan menggunakan gerak sederhana. Tari Huyula sendiri adalah tari kreasi baru yang ditarikan oleh muda mudi yang menggambarkan kerja sama, gotong royong, bahu membahu dan suka cita dalam menyambut panen tiba. Kemudian Tari Sultan Amai, ini adalah tarian menceritakan seorang Tokoh Agama, yaitu Sultan Amai yang sudah mensyiarkan Agama Islam di Gorontalo. Tarian kreasi baru ini telah memenangkan medali emas pada festivak tari islami tahun 2023,” pungkas Ketua TP PKK Kota Gorontalo. (*)