![](https://i0.wp.com/tatiye.id/tatiye.id/wp-content/uploads/2024/01/IMG-20240129-WA0015.jpg?resize=1024%2C577&ssl=1)
TATIYE.ID (GORONTALO) – Cerita tentang militansi pendukung setia Bakal Calon Walikota Gorontalo, Haji Ramli Anwar, sudah banyak beredar di masyarakat. Banyak yang bilang bahwa kalo bicara militansi, maka Relawan Haji Ramli tak perlu diragukan lagi.
Menariknya, di antara ratusan relawan yang tergabung dalam BELA JIRAMLI atau Barisan Relawan Haji Ramli, terdapat sejumlah relawan yang merupakan warga etnis minoritas di Gorontalo, seperti warga Chinese. Salah satunya Koh Tommy Chandra.
Saat malam pertemuan relawan yang rutin dilaksanakan di Posko Pemenangan Haji Ramli For Walikota di Jalan HB Jasin, setiap Minggu malam, Koh Tommy Chandra tampak hadir.
Tak hanya sekedar hadir meramaikan malam relawan, Koh Tommy ternyata juga menyetor KTP yang berhasil dikumpulkannya beberapa hari sebelumnya.
“Yah sasadiki saja. Saya mengumpulkan KTP tidak sebanyak relawan lainnya. Ya kalo dapat sepuluh atau dua puluh, saya langsung antar di posko,” ujar Koh Tommy yang mengaku sudah bergabung di BELA JIRAMLI sejak Bulan Desember tahun lalu.
Koh Tommy menambahkan, alasan dia mau bergabung dalam barisan relawan karena melihat profil Haji Ramli yang welcome dengan siapa saja dalam pergaulan kesehariannya.
“Di Gorontalo banyak politisi yang baik dan hebat. Tapi saya pilih Haji Ramli karena beliau ketika kenal saya, langsung akrab seperti sudah kenal lama. Luar biasa Haji Ramli, saya bangga kenal dengan beliau,” lanjut Koh Tommy.
Di sisi lain, keragaman para relawan menurut ketua BELA JIRAMLI, Salam Kariem, tak lepas dari gaya Haji Ramli yang humble dan mudah terterima dalam bergaul dengan orang yang meski baru dikenalnya.
“Haji Ramli ini unik. Orangnya sangat luas pergaulannya. Saya sendiri baru tahu, betapa besar respon positif dari masyarakat terhadap Haji Ramli,” tutur Salam.
Soal etnisitas para relawan yang tergabung dalam BELA JIRAMLI kata Salam, sepertinya sudah lengkap.
“Di BELA JIRAMLI itu lengkap kalo urusan etnis. Tentu yang paling banyak orang Gorontalo. Tapi di tim kami ada orang Jawa, jamaah (arab), Chinese, Bugis – Makassar, Minahasa dan Kotamobagu. Mulai dari usia muda sampai yang sangat senior. Semuanya ada. Itu yang sangat saya syukuri,” pungkas Salam. (***)