
TATIYE.ID – Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Kahfi ayat 82:
“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayah mereka adalah seorang yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu…”
(QS. Al-Kahfi: 82)
Ayat ini menegaskan bahwa kesalehan orang tua mendatangkan keberkahan bagi anak keturunannya, bahkan ketika sang ayah telah tiada. Warisan terbesar bukan semata harta, melainkan ilmu, doa, dan nilai spiritual yang akan menjaga dan membimbing generasi penerus.
Kisah Qur’ani ini menemukan jejaknya dalam sejarah Gorontalo melalui sosok Raja Hubulo, penguasa Kerajaan Bulango yang dikenal sebagai pribadi saleh, berilmu, dan bijaksana. Warisan beliau tidak hanya membekas pada zamannya, tetapi juga terus mengalir pada keturunannya, hingga sampai kepada Keluarga Gobel, salah satu keluarga besar yang berpengaruh di Indonesia. Dari keturunan inilah lahir Pesantren Hubulo, sebagai perwujudan warisan intelektual dan spiritual kaum arifiin Gorontalo.
Raja Hubulo merupakan salah satu figur penting dalam sejarah Gorontalo, khususnya di Kerajaan Bulango. Beliau dikenal bukan hanya sebagai penguasa politik, melainkan juga tokoh yang mengintegrasikan nilai-nilai religius dalam kepemimpinannya. Hubulo menekankan pentingnya keseimbangan antara kekuasaan duniawi dan tanggung jawab ukhrawi, sehingga kepemimpinannya tidak hanya menyejahterakan rakyat, tetapi juga mengarahkan mereka pada kebaikan dan ketakwaan.
Dalam tradisi Gorontalo, Hubulo dipandang sebagai arifiin, yaitu golongan orang-orang yang memiliki kedalaman ilmu dan kebijaksanaan spiritual. Sosoknya dihormati karena mampu memimpin dengan hati, menjadikan nilai agama sebagai dasar pengambilan keputusan, serta menekankan pentingnya pendidikan bagi generasi muda.
Warisan inilah yang kemudian terus hidup dalam kesadaran kolektif masyarakat Gorontalo, bahwa seorang pemimpin sejati bukan hanya yang kuat secara politik, tetapi juga yang teguh dalam moralitas dan ketakwaan.
Keturunan Raja Hubulo berkembang dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu garis keturunan penting adalah Keluarga Gobel, yang kemudian menjadi salah satu dinasti bisnis, intelektual, dan sosial paling berpengaruh di Indonesia.
Alm. Thayeb Gobel, pendiri Gobel Group, adalah pionir industri elektronik tanah air. Beliau dikenal sebagai sosok visioner yang memperkenalkan televisi dan perangkat elektronik modern kepada bangsa Indonesia. Namun, di balik capaian bisnisnya, Thayeb Gobel juga menekankan pentingnya nilai spiritual, kejujuran, disiplin, dan kerja keras—sebuah cerminan warisan moral yang berakar dari leluhurnya.
Putranya, Rachmat Gobel, melanjutkan estafet tersebut. Sebagai pengusaha nasional dan tokoh politik, ia membawa nilai-nilai yang sama: integritas, keberanian berinovasi, dan kepedulian sosial. Di bawah kepemimpinannya, keluarga Gobel tidak hanya berkiprah dalam dunia bisnis, tetapi juga pendidikan dan sosial kemasyarakatan.
Kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan leluhur melahirkan gagasan untuk mendirikan Pesantren Hubulo. Yayasan keluarga Gobel berinisiatif membangun pesantren ini di Gorontalo sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Hubulo dan sebagai wadah pendidikan yang memadukan nilai spiritual dengan kecakapan intelektual modern.
Pesantren Hubulo tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga membuka ruang bagi ilmu umum, teknologi, dan kewirausahaan. Dengan demikian, ia mampu melahirkan generasi yang unggul dalam iman, cerdas dalam ilmu, dan terampil dalam kehidupan sosial-ekonomi.
Seperti pesantren tradisional lain di Nusantara, Hubulo menekankan kedisiplinan, kebersamaan, dan pembinaan akhlak. Namun yang membuatnya unik adalah keberadaannya sebagai warisan langsung dari garis keturunan raja yang saleh, menjadikannya simbol pertemuan antara tradisi lokal, spiritualitas Islam, dan modernitas global.
Pesantren Hubulo dan Inspirasi Harvard
Sejarah dunia menunjukkan bahwa banyak universitas besar berawal dari lembaga pendidikan berbasis agama. Salah satu contoh paling menonjol adalah Universitas Harvard di Amerika Serikat.
Didirikan pada tahun 1636, Harvard awalnya berfungsi sebagai sekolah untuk mencetak pendeta Puritan. Fokus utamanya adalah pengajaran kitab suci, teologi, filsafat moral, serta bahasa Latin, Yunani, dan Ibrani. Dengan kata lain, Harvard pada masa itu dapat disebut sebagai sebuah “pesantren Kristiani”, tempat para pemuda dididik secara spiritual dan intelektual.
Namun, seiring berjalannya waktu, Harvard memperluas kurikulumnya. Ilmu hukum, kedokteran, filsafat modern, hingga sains masuk ke dalam sistem pendidikan. Dari sebuah sekolah agama sederhana, Harvard bertransformasi menjadi universitas kelas dunia yang melahirkan ilmuwan, pengusaha, pemikir, bahkan presiden Amerika Serikat.
Kisah Harvard ini memberi inspirasi penting: sebuah lembaga pendidikan berbasis agama dapat tumbuh menjadi pondasi peradaban modern. Jika Harvard bisa berkembang dari pesantren Kristiani menjadi universitas nomor satu di dunia, maka Pesantren Hubulo pun memiliki peluang serupa. Dengan akar sejarah yang dalam, dukungan keluarga besar Gobel, dan komitmen terhadap pengembangan ilmu modern, Hubulo bisa menjadi pusat keilmuan Islam yang bersaing secara global.
Pesantren Hubulo sebagai Model Pendidikan Masa Depan
Menggabungkan tradisi spiritual Hubulo dengan inspirasi global seperti Harvard, Pesantren Hubulo dapat membangun model pendidikan masa depan yang integratif. Ada tiga dimensi yang bisa menjadi fokus pengembangannya:
- Dimensi Spiritual
Pesantren harus tetap menjaga ruh keislaman dengan memperkuat pendidikan akidah, ibadah, dan akhlak sebagai pondasi utama. - Dimensi Intelektual
Santri perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan modern, sains, teknologi, literasi global, dan keterampilan riset agar siap menghadapi tantangan abad ke-21. - Dimensi Sosial-Ekonomi
Pendidikan kewirausahaan, kepemimpinan, dan keterampilan praktis harus diajarkan, sehingga santri tidak hanya siap secara spiritual, tetapi juga mampu mandiri dan berkontribusi nyata bagi masyarakat.
Dengan mengembangkan tiga dimensi ini, Pesantren Hubulo berpeluang besar menjadi bukan hanya pusat pendidikan lokal, tetapi juga institusi kelas dunia yang melahirkan tokoh-tokoh penting bagi bangsa dan peradaban global.
Penutup
Kisah Hubulo mengajarkan bahwa warisan intelektual dan spiritual adalah investasi terbesar bagi masa depan. Seperti dalam kisah Surah Al-Kahfi, di mana kesalehan seorang ayah melindungi anak yatim dari generasi berikutnya, demikian pula Gorontalo hari ini masih merasakan keberkahan dari kesalehan Raja Hubulo.
Keluarga Gobel, melalui Pesantren Hubulo, telah meneruskan warisan tersebut dengan cara yang relevan bagi zaman modern. Dan ketika kita melihat Harvard yang lahir dari pesantren Kristiani lalu menjelma menjadi universitas kelas dunia, kita semakin yakin bahwa Pesantren Hubulo pun berpotensi menjadi Harvard-nya Indonesia—pusat keilmuan dan spiritualitas yang melahirkan generasi pemimpin bangsa dan peradaban dunia.
Oleh : Rustam Anwar



















