
TATIYE.ID (SPORT) – Pelatih sepak takraw Gorontalo, Herson Taha kembali membeberkan beberapa fakta terkait pernyataan beberapa mantan atletnya yang menuding bahwa perpindahan mereka ke Jawa Barat karena tidak adanya perhatian dari pemerintah daerah.
“Sekali lagi saya tekankan bahwa, tidak benar kalau tidak ada perhatian pemerintah. Justru karena anggaran pemerintah mereka bisa jadi atlet,” ucap Herson Taha saat kembali diwawancarai awak media ini, Rabu (16/11/2022).
Dijelaskan Herson, mereka semua awalnya adalah atlet yang dibina oleh PPLP Gorontalo dari nol. Ia bahkan yang menangani mereka dari tidak tau menendang bola sampai jadi atlet nasional.
“Coba hitung berapa biaya APBD yang dikucurkan pemerintah daerah untuk membina mereka selama di PPLP? Masing-masing atlet paling kurang 4 tahun berada di PPLP. Biaya makannya saja setiap hari saja sekitar Rp 75.000 per orang perhari. Belum termasuk uang saku perbulan Rp 600.000 per orang, manalagi perlengkapan dan peralatan latihan, biaya perjalanan untuk mengikuti event dan lalinnya. Apakah ini bukan bentuk perhatian pemerintah?,” jelansya.
Tambah Herson, dirinya hanya ingin mengklarifikasi, agar tidak ada penggiringan opini yang tidak benar. Dan ia jujur mengakui bahwa prestasi yang diraih sepak takraw Gorontalo selama ini berkat dukungan anggaran pemerintah. Karena seluruh atlet sepak takraw yang berprestasi baik di PON, Sea Games dan Asian Games bahkan Kejuaraan Dunia semua murni binaan PPLP. Tidak ada satupun yang dibina di luar PPLP.
“Saya berani tantang, coba sebutkan siapa atlet sepak takraw berprestasi di PON, Sea Games dan Asian Games yang bukan lahir dari PPLP? Saya akui kalau bonus-bonus dari Gorontalo terbilang sangat kecil jika dibandingkan daerah lain. Akan tetapi daerah juga sudah punya andil dalam membina mereka,” beber Herson.
Tanpa interfensi pemeritah, maka prestasi yang ada sekarang tidak mungkin bisa dicapai. Daerah lain mungkin bisa memberikan bonus yang lebih karena mereka tidak pernah menghabiskan uang untuk pembinaan, mereka terima jadi saja. Makanya ia tidak setuju kalau dibilang pemerintah daerah tidak ada perhatian.
“Pembinaan kita menggunakan dana APBD, ibarat orang menanam benih maka sekarang saatnya pemerintah Provinsi Gorontalo menuai hasil apa yang telah dibina selama ini. Mungkin pemikiran atlet belum sampai kesitu, mereka hanya menilai bentuk perhatian itu dari bonus dan uang saku,” tambahnya. (*)

















