TATIYE.ID (KABGOR) – Pernyataan Aleg Suwandi Musa disalah satu media Online cukup disayangkan oleh tokoh pemuda, masyarakat Telaga, Helmi Hippy.
Menurutnya pernyataan Suwandi malah mencerminkan kegalauan yang sebaliknya, karena figur yang diusungnya dalam Pilkada kalah telak dalam perolehan suara.
” Jangan sampai ini cuma tabubale (kebalikannya-red). Suwandi Musalah yang galau, ” Ujar Helmi.
Kebalikan yang maksud Ketua LSM Payulimo ini ada dua hal. Yang pertama bisa jadi karena galau dan risau kalah di Pilkada, dan berikut Suwandi malah harus ‘Berpuasa’ lagi selama 5 tahun kedepan.
Kata Helmi, seketika Bupati Nelson menjawab sebuah stetmen Anggota DPR itu adalah hal biasa, sebab sebagai kolaborasi pemerintahan, eksekutif wajarlah jika menjawab stetmen DPR, ” Apalagi ada wartawan yang menanyakan itu. Maka itu biasa, ” Ujar Helmi.
Disisi lain, jika berbicara aturan, maka hal yang normatif pula Bupati menjawab itu diketahuinya. ” Artinya posisi itu yang menempati adalah Bupati, maka kapan mulai dan kapan berhenti, itu tentu beliau yang lebih mengetahui. Wajarlah ada komentar begitu, ” Tambahnya.
Yang luar biasa, adalah Suwandi yang mengomentarinya terlalu berlebihan. Apalagi saat itu paripurna yang membahas soal itu sudah selesai.
” Saya malah mendengar, paripurna itu sudah dilewat. Tinggal paripurna membahas surat fraksi partai, kalau tidak salah PAN. Tinggal dia saja (Suwandi) yang ingin memperlihatkan galaunya seorang Suwandi, ” Tegas Helmi.
Belum lagi tambah Helmi, beliau, Suwandi datang terlambat. Tidak tepat waktu dalam jadwal, datang-datang langsung mengomentari yang sudah lewat.
” Makanya sebagai wakil rakyat. Kiranya juga tepat waktu. Jika bicara aturan yang diberikan ke DPR sebagaimana alasannya untuk interupsi, maka kiranya aturan untuk tepat waktu juga harus tertib.
” Berilah contoh yang baik ke masyarakat, bahwa anda adalah wakil rakyat yang taat waktu saat pembahasan. Jadinya kan begitu, berkomentar yang diluar nalar dan agenda. Buat apa dikomentari sesuatu yang sudah clear dimedia, ada kritik-ada pula jawaban klarifikasi, selesai, ” Tandas Helmi.
Yang perlu rakyat tahu, bahwa pemerintah yang dipimpin oleh Bupati itu sama derajatnya dengan para anggota DPR. Kapasitas itu sama sejajar, antara wakil rakyat dan pemimpin rakyat, itu mitra kerja yang terbangun dalam Trias politika, eksekutif-legislatif dan yudikatif. Tak perlu saling mengajari ketika itu sejajar, ” Toh itu bahasa undang-undang. Pasti semua sudah saling paham dan paling mengerti, ”
Sehingga kalau belum paham etika jalur pemerintahan, maka dirinya siap mengajari hal itu, ” Kalau mau biar saya datang ke dia, atau sebaliknya pula, Suwandi yang datang ke saya. Kapanpun saya siap,” Tutup Helmi.