
TATIYE.ID (DEPROV) – Komisi III DPRD Provinsi Gorontalo mendorong penguatan narasi dan pelestarian situs-situs sejarah serta budaya sebagai bagian dari strategi pengembangan pariwisata daerah.
Hal ini disampaikan dalam rapat kerja bersama Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, Selasa (22/7/2025), di ruang rapat Komisi III.
Ketua Komisi III, Espin Tulie menilai situs-situs budaya seperti Benteng Otanaha, Situs Pendaratan Soekarno, dan taman cagar alam di Gorontalo Utara memiliki nilai sejarah penting yang layak diangkat sebagai ikon pariwisata Gorontalo.
“Ini akan kami dorong terus karena memiliki nilai budaya dan sejarah yang sangat fundamental dalam pembentukan kemerdekaan Republik Indonesia. Bayangkan, Presiden Soekarno itu dua kali datang ke Gorontalo. Pertama mendarat di Pendaratan Soekarno, dan kedua di Bandara Jalaludin pada tahun 1955,” ujar Espin.
Menurutnya, pelestarian situs budaya tidak cukup hanya dengan menjaga fisiknya, tetapi juga harus dilengkapi dengan narasi yang kuat agar menarik minat wisatawan.
“Cagar budaya ini harus punya narasi. Misalnya, dulu itu mungkin candi atau rumah adat, tapi karena evolusi, dia hilang. Bisa saja muncul kembali saat petani mencangkul. Nah, ini harus ada ceritanya,” jelasnya.
Espin mengatakan, pihaknya mendukung rencana Dinas Pariwisata untuk menggelar kegiatan storytelling yang menggambarkan kisah dari setiap situs budaya di Gorontalo. Ia meyakini narasi yang menarik akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
“Kalau kita punya situs tapi tidak ada kronologis atau cerita, orang tidak akan tertarik datang. Ini yang akan kita dorong nanti agar situs-situs ini punya narasi yang bisa diangkat dalam bentuk event storytelling,” tambahnya.
Dalam rapat tersebut juga terungkap bahwa Ketua DPR RI, Puan Maharani menunjukkan ketertarikan agar Situs Pendaratan Soekarno dapat ditetapkan sebagai cagar budaya nasional.
Komisi III melihat hal ini sebagai peluang besar untuk memperkuat pariwisata sejarah di Gorontalo.
“Tadi juga terungkap bahwa Ibu Puan Maharani ingin agar Pendaratan Soekarno ini didorong jadi cagar budaya nasional. Kami waktu Bulan Bung Karno juga sempat menggelar bakti sosial di sana, termasuk penanaman pohon di sekitar Danau Limboto,” kata Espin.
Ia menyebut pihaknya akan menyampaikan usulan ini dalam bimbingan teknis (bimtek) yang akan diikuti dalam waktu dekat.
Komisi III juga berencana mengusulkan agar pesawat amfibi ‘Marina’ yang digunakan Presiden Soekarno mendarat di Gorontalo bisa dibawa kembali sebagai ikon wisata sejarah.
“Pesawat Marina itu, kalau tidak salah, pesawat amfibi yang dulu mendarat di situ. Badannya itu akan kita usulkan dibawa ke Gorontalo untuk menjadi ikon. Supaya bisa menambah daya tarik wisata sejarah,” pungkasnya.
Komisi III berharap langkah ini dapat menjadi awal dari pengembangan wisata berbasis budaya dan sejarah yang kuat di Provinsi Gorontalo, sekaligus membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian warisan leluhur.
















