TATIYE.ID (SPORT) – Kabar soal batalnya satu pelatih Timnas Sepak Takraw asal Gorontalo, Noldi Husain tampil di Asean Games 2023 di China langsung menuai respon dari Pengprov PSTI Gorontalo. Bahkan kekecewaan yang mendalam terlihat diwajah pelatih senior Sepak Takraw Gorontalo, Herson Taha.
“Saya sudah dengar masalah pencoretannya Noldi dan saya benar-benar kecewa dengan sikap PB PSTI yang mencoret anak kami sebagai pelatih menjelang pemberangkatan dengan alasan tidak masuk tim,” ketus Herson Taha saat bincang bersama awak media ini, Senin (18/9/2023).
Herson menuturkan, jika memang ada pembatasan jumlah kuota kontingen Timnas Indonesia atau khususnya di cabang olahraga Sepak Takraw, lantas mengapa PB PSTI melakukan pemanggilan atlet pelatih yang melebihi batas kuota yang sudah ada.
“Sebagai orang yang membangun takraw di Gorontalo dari awal, merasa sangat kecewa dengan keputusan PB. Ini bentuk pelecehan kepada pelatih Gorontalo, Kalau memang jatah pelatih terbatas kenapa harus manggil banyak pelatih dan akhirnya dicoret saat menjelang pemberangkatan? Toh selama ini kami pelatih Gorontalo tidak pernah mengemis ke PB untuk jadi pelatih timnas. Mohon maaf pak saya benar-benar kecewa dengan PB PSTI,” beber Herson.
Untuk mencari kejelasan akan penyebab pencoretan pelatih Timnas Sepak Takraw asal Gorontalo ini, Herson mengaku sudah menghubungi Tim Review KOI dan Ketua PB PSTI.
“Saya sudah telponan dengan tim review mempertanyakan hal ini dan mereka bilang tim review hanya menetapkan quota dan tidak merekomendasikan siapa yang dimasukkan dan siapa yg dicoret. Mereka hanya memberikan quota bahwa pendamping sepaktakraw itu 5 orang yang terdiri dari 4 pelatih dan 1 manager. PB PSTI lah yang menentukan nama-nama 4 pelatih dan 1 manager yang akan menjadi pendamping sepaktakraw. Yang saya sesalkan mengapa kalau ada pengurangan quota harus pelatih yang dikorbankan? Mana yang lebih dibutuhkan dilapangan, pelatih atau official,” ungkap Herson Taha.
“Dan saya yakin kuota atlet dan pelatih sepaktakraw jauh sebelum sudah ditetapkan oleh tim review, tidak mungkin H-2 baru diberitahu. Kalau memang kuotanya terbatas kenapa harus memanggil banyak pelatih di pelatnas? Lalu nanti dicoret menjelang keberangkatan?,” timpalnya.
Tambah Herson Taha, sejak dulu PSTI Gorontalo tidak pernah mempersoalkan berapa atlet yang di panggil ke Pelatnas ataupun berapa pelatih Gorontalo yang ke Pelatnas.
“Kami tidak pernah sekalipun meloby ataupun mengemis di PB untuk jadi pelatih atau memasukkan atlet ke Pelatnas. Baik kepengurusan yang sekarang maupun pengurus yang lama sejak zaman pak Tirowali dulu. Kami selalu menyerahkan kepada PB untuk memilih, kalau dipanggil kami berangkatkan kalupun tidak kami juga tidak pernah mempertanyakan. Karena kami percayakan semua ke PB. Tapi kali ini saya tidak terima anak kami yang dipanggil secara resmi dan tiba-tiba dicoret dipenghujung wakti seperti ini,” tambahnya tegas.
Sementara Ketum PB PSTI, Asnawi Abdul Rachman Ketum PB PSTI saat dikonfirmasi menjelaskan bahwa tidak ada pencoretan oleh PB PSTI. Yang ada adalah pembatasan kuota oleh Komite Olimpiade Indonesia (KOI) merujuk aturan atau syarat terbaru dari tuan rumah Asean Games 2023 China.
“Saya perlu luruskan bahwa PB PSTI tidak punya hak atau kewenangan untuk memberangkatkan atau mencoret siapa saja yang menjadi bagian dari kontingen Timnas Indonesia. Semua itu dibawah kewenangan KOI, mulai dari SK kontingen, perlengkapan, transportasi akomodasi hingga pemberangkatan,” jelas Asnawi.
Pihak PB PSTI sejatinya telah menetapkan siapa saja atlet pelatih yang akan dikirim ke Asean Games tahun ini di China. Melalui pemanggilan atlet pelatih untuk Pelatnas, namun karena pembatasan kuota oleh tuan rumah dimana satu pelatih hanya bisa mendampingi 6 atlet sehingga beberapa pelatih dan official terpaksa tidak dapat dibawa serta ke ASG China tahun ini.
“Jadi bukan hanya Noldi saja yang tidak dapat dibawa ke China, beberapa pelatih baik itu pelatih yang kita datangkan dari Thailand, pelatih tehnik, pelatih fisik dan measure tidak bisa ikut sebab pembatasan kuota ini,” ungkap Asnawi.
Pemberitahuan atau informasi dadakan dari KOI sebagai operator keberangkatan Timnas Indonesia membuat PB PSTI harus kata Asnawi bermohon keras agar tidak ada pengurangan kuota di tubuh timnas sepaktakraw.
“Semua ini dadakan, kita kaget. Bahkan setelah dapat info ini saya langsung menghadap ke KOI untuk minta penjelasan dan bermohon tidak ada pengurangan kuota di Sepak Takraw. Tapi hasilnya tetap tidak bisa, bahkan untuk segala perlengkapan kontingen sudah dibagi semua, tapi sayang ada yang tidak dapat berangkat,” bebernya.
Terpisah Noldi Husain yang coba dikonfirmasi terkait kebenaran informasi, Noldi mengaku tidak ingin berkomentar banyak dan meski sempat kaget ia menyerahkan semuanya ke PB PSTI.
“Sesuai dengan info dari PB PSTI bahwa jatah official untuk Asian Games hanya diberikan 5 orang, maka dari situlah terjadi pengurangan official dan bahkan berdampak kepada saya. Mungkin karena saya yang paling junior dari semua pelatih-pelatih yang ada,” jawabnya singkat. (*)