TATIYE.ID (SPORT) – Pasca mundurnya Zainudin Amali sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) dampak program yang telah dikerjakannya sampai saat ini yakni pelaksanaan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) kembali menuai tanda tanya akankah menjadi seperti apa.
Apakah program DBON yang dirancang untuk melakukan pembinaan atlet secara berkelanjutan di Indonesia akan dilanjutkan Menpora yang baru, ataukah perlu dikaji kembali program DBON ini agar lebih realistis dalam menentukan cabang olahraga apa saja yang dibina dalam DBON.
“Menpora baru harus segera menaruh perhatian terhadap Implementasi DBON agar tidak bernasib sama seperti program-program olahraga terdahulu, seperti Garuda Emas, Indonesia Bangkit, PAL, PRIMA, dan PPON,” kata wakil Ketua Binpres KONI Provinsi Gorontalo, Herson Taha, Selasa (30/5/2023).
Diungkapkan Herson, jika memang pemerintah ingin menggunakan skala prioritas maka seharusnya cabor DBON bukan 14 cabor, tapi cukup 5 cabor saja. Ya karena selama ini cabor yang kerap menyumbangkan medali pada Olimpiade hanya 2 cabor yakni bulutangkis dan angkat besi. Yang lain jarang bahkan tidak ada.
“Sehingga penetapan 14 cabor DBON menurut saya sudah terlalu banyak, sehingga menyedot anggaran yang sangat banyak. Yang berpeluang meraih medali mungkin hanya bulutangkis, angkat besi, panjat tebing, panahan dan dayung. Dayung pun kalau kita peluangnya dinomor dragon boat. Jadi menurut saya cabor DBON perlu di review kembali dan dianalisis peluangnya di Olimpic. Masih banyak cabor yang masuk DBON tapi ditingkat Asia saja sudah sulit bersaing. Dan banyak cabor potensial tapi terabaikan hanya karena tidak dipertandingkan di Olympic,” ungkap mantan pelatih Timnas Sepaktakraw tersebut.
Herson mempertanyakan juga, mengapa tidak ada upaya Kemenpora atau pihak terkait DBON untuk mendorong agar cabor-cabor andalan Indonesia yang potensi medalinya lebih terbuka untuk didorong masuk ke Olympic dengan bekerja sama dengan federasi olahraganya.
“Contoh sepaktakraw. Saya sangat yakin dan percaya apabila sepaktakraw dipertandingkan di Olympic, maka sudah pasti ada medali. Sudah paling apes medali perunggu atau perak. Nah mengapa ini tidak diupayakan untuk masuk Olympic bekerjasama dengan federasinya yakni ISTAF,” jelas Herson.
Meski demikian tambah sosok pelatih yang sukses hatrick medali emas di PON tersebut, program DBON sebenarnya sangat penting dalam rangka pembinaan atlet secara berjenjang.
“Sehingganya saking pentingnya program ini maka harus ada langkah koordinatif dan konsultatif dengan berbagai pihak, diantaranya, KONI, KOI, induk organisasi cabang olahraga dan juga 21 Kementerian dan Lembaga Negara agar cita-cita program ini dapat terwujud tentunya,” pungkasnya. (*)