TATIYE.ID – Tak jarang kita menemui perdebatan terkait dengan perbedaan pandangan dalam masyarakat, terlebih para politisi.
Kendati demikian, para politisi itu berdebat tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk kepentingan.
Ya, namanya perdebatan politisi tentu ada kepentingan tersendiri. Kepentingan yang dimaksud disini semua bertujuan baik. Entah itu membangun daerah maupun kepentingan rakyat.
Itulah dinamika dalam berpolitik. Kadang kala menemukan kawan, dan tak jarang selalu mendapatkan lawan.
Penulis saat berada disalah satu warkop di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, tak sengaja bertemu dengan politisi senior dari Partai Amanat Nasional (PAN).
Mansir Mudeng namanya. Pria berkepala plontos tersebut saat berdiskusi dengan penulis menuturkan bahwa politik adalah seni.
Seseorang jika sudah memiliki hobi dalam seni, pasti orang itu akan berpikir bagaimana cara memainkan seni tersebut.
“Politik itu adalah seni. Kita harus pandai memainkan seni agar penikmat seni bisa menikmatinya,” kata Mansir sambil menyeruput kopi yang ada didepannya.
Disamping itu, politik dan ibadah juga merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan. Karena segala sesuatu jika tidak dibarengi dengan ibadah/agama pasti akan sulit.
Nampaknya, dia (Mansir) tidak memperdulikan berita berita dimedia massa saat ini. Baginya, perbedaan pandangan adalah hal yang biasa, terlebih bagi politisi.
Menurut penulis apa yang disampaikan itu memanglah benar. Mengingat pesta demokrasi tidak akan lagi digelar. Tahun 2024 menjadi panggung para politisi untuk mendapatkan hati di masyarakat.
Mungkin yang perlu kita perbuat kedepannya adalah selalu mengingatkan dan menjaga mereka yang nantinya akan kita pilih sebagai kepala daerah, atau anggota legislatif.
Diakhir pembicaraan, mantan dosen di Universitas Gorontalo itu menyampaikan ketika terjun dalam dunia politik jangan takut jika ada perbedaan.
“Jangan takut berbeda,” tandas Mansir Mudeng.