
TATIYE.ID (GORONTALO) – Umar Djafar, Penyuluh Agama Islam (PAI) Non PNS Kabupaten Gorontalo dengan karya ilmiyahnya “Pengaruh metode pembelajaran 2.1 dengan Menggunakan Limbah Daun Eceng Gondok pada Pengenalan Huruf Hijaiyah Santri TPQ As-Shobuur Desa Tabumela” berhasil menembus babak grand final PAI Award tingkat Nasional 2023.
Metode pembelajaran 2.1 merupakan metode pembelajaran yang diterapkan pada Santri TPQ As-Shobuur Desa Tabumela Kecamatan Tilango dalam rangka menumbuhkan daya tarik anak-anak untuk lebih menyukai dan betah terhadap pedidikan Al-Quran serta dapat menjadikan kondisi lingkungan yang bermanfaat.
Sebagai Penyuluh Agama Islam yang memiliki tugas untuk mengedukasi masayarakat, Umar Djafar melakukan satu terobosan yang dapat merubah cara pandang dan kemauan anak lebih termotivasi dan inovatif.
“Pembelajaran menggunakan daun dilakukan untuk lebih mempermudah santri dalam hal merespon dan menerima materi yang di sampaikan oleh guru pada proses pembelajaran baca tulis Al-Qur’an, guru dalam hal ini penyuluh menyediankan daun yang dituliskan huruf hijaiyah,” terang Umar Djafar, (4/8/23).
Selanjutnya huruf hijaiyah yang tertera pada daun akan dihafal selama dua hari di luar ruangan baik namanya maupun bentuknya, nama huruf tersebut juga akan dijadikan sebagai nama santri yang gunanya agar santri cepat menghafal huruf hijiyah. Pada hari ketiga materi yang telah dipelajari akan dipraktekan, akhirnya ketika santri yang benar pada prakteknya akan diberikan reward (hadiah stimulant) terhadap apa yang telah dia pelajari.
“Kemudian limbah daun eceng gondok juga diharapkan bisa membantu ekonomi para santri, karena disamping mengambil eceng gondok lalu daunnya dipakai untuk belajar baca tulis, setelahnya batang dari tanaman limbah eceng gondok ini dapat dijual kepengrajin eceng gondok, hal inilah yang akan menjadikan santri mendapat banyak manfaat dari metode 2.1 dengan menggunakan limbah dari eceng gondok ini sendiri,” Umar Djafar menjelaskan.
Sehingganya kata Umar, akan tertanam di hati dan pikiran santri bahwa belajar mengaji itu menyenangkan, belajar mengaji tidak membosankan, belajar huruf hijaiyah itu tidaklah sulit dibayangkan, dan secara langsung santri dapat berfikir bahwa belajar mengajipun akan menjaga lingkungan untuk kelangsungan hidup dimasa yang akan datang maka minat santri di TPQ As-Shobuur dengan sendirinya datang, terbukti tanpa paksaan, dan santri selebihnya mereka hanya fokus belajar mengaji.