#GORONTALO (TC) – Konstelasi politik khususnya soal Pemilihan Presiden (Pilpres) di Provinsi Gorontalo, rupanya masih kalah dominan dibandingkan kontestasi antar Parpol lewat Pemilihan Legislatif atau Pileg. Ini dibuktikan dengan sengitnya gesekan antar Parpol, meski terikat dalam koalisi pengusung Capres tertentu. Di Provinsi Gorontalo, gesekan antar parpol lebih banyak terlihat pada koalisi pengusung Jokowi Makruf. Sementara pengusung pasangan Prabowo Sandy cenderung lebih apik menyikapi perbedaan kepentingan partai.
Menurut pengamat politik muda Gorontalo, Novaliansyah Abdussamad, sistem pemilu sangat memungkinkan terjadinya hal tersebut. “Perubahan mendasar terhadap sistem pemilu di Indonesia memberi dampak terhadap perilaku partai politik, apalagi menyangkut koalisi. Partai politik memilih mengedepankan hasrat politik mereka sendiri dibanding memperjuangkan kepentingan bersama dalam koalisi,†papar Noval.
Secara khusus, Noval memberikan contoh beberapa peristiwa yang belakangan ini terjadi antara sesama partai koalisi pendukung Jokowi dan Ma’ruf Amin di Gorontalo.
“Apa yang dialami oleh Ketua DPD I Partai Golkar, Rusli Habibie yang notabene Gubernur Gorontalo cukup menjelaskan kepada publik bahwa beberapa partai koalisi pendukung Jokowi dan Ma’ruf Amin sangat menginginkan pasangan tersebut kalah di Gorontaloâ€Â.
Pernyataan Noval itu berdasar pada kecaman dan sikap antipati yang diperlihatkan partai koalisi Jokowi dan Ma’ruf Amin terkait dengan aktivitas Rusli Habibie dalam menjalankan program pemerintah. “Jika kita lihat secara seksama, aktivitas Rusli Habibie sebagai Gubernur dalam menjalankan proyek strategis nasional di Gorontalo justru digerogoti partai koalisi Jokowi dan Ma’ruf Amin. Proyek seperti GORR, pembangunan Bandara Djalaludin, Waduk Bone Hulu dan lain-lain justru mendapat serangan dari beberapa kader Partai Nasdem”, lanjut Noval.
Lebih lanjut Noval menjelaskan bahwa kejadian terkahir yang melibatkan Bupati Boalemo Darwis Moridu dan Rusli Habibie sebagai Gubernur Gorontalo adalah kejadian luar biasa yang terjadi di partai koalisi Jokowi dan ma’ruf Amin.
“Darwis Moridu sebagai kader PDIP harusnya sadar bahwa PDIP adalah partai utama pendukung pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin. Sehingganya, secara etika ini jauh dari akal sehat, di saat Rusli Habibie menjalankan program atas perintah Jokowi sebagai Presiden kemudian tidak mendapat dukungan dari kader PDIP sendiri,” tandasnya.
Noval yang juga Alumni Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada berkeyakinan jika aktivitas Rusli Habibie sebagai Gubernur terus dibuat kegaduhan oleh partai koalisi seperti Partai Nasdem dan PDIP, elektabilitas Jokowi dan Ma’ruf Amin di Gorontalo akan terus tergerus di internal partai koalisi sendiri meski didukung oleh seluruh kepala daerah. “Secara politik Meski didukung oleh seluruh kepala daerah, tidak menjadi jaminan kemenangan pasangan Jokowi dan ma’ruf Amin di Gorontalo, karena secara sosiologis pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno sudah menangâ€Â.
Terakhir, bagi Noval, waktu yang tersisa ini jika tidak dilakukan konsolidasi, maka harapan Rusli Habibie dalam memenangkan pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin akan kandas diakibatkan oleh partai koalisi sendiri. “Secepatnya harus dapat melakukan konsolidasi, jika tidak, kita tinggal menunggu waktu untuk perayaan kemenangan pasangan Prabowo dan Sandiaga Uno di Gorontaloâ€Â. Pungka Noval. (***)
Laporan : Zulkifli Ibrahim