MOLUMULO

Fory Naway (foto dok).

Oleh :
Fory Armin Naway
Ketua ICMI dan Ketua PGRI Kabupaten Gorontalo.

TATIYE.ID (KABGOR) – Bagi generasi muda Gorontalo saat ini, terutama kaum millenial mungkin sudah jarang mendengar istilah “MOLUMULO” dalam Bahasa Gorontalo. Istilah ini sebenarnya memiliki nilai dan pesan moral, jika dimaknai secara lebih mendalam.

Molumulo dalam Bahasa Gorontalo artinya “memulai” atau mengawali dan termasuk kata kerja. Istilah ini juga akan mengalami perubahan makna berdasarkan waktu dan konteks, seperti “matumulalo” yang menunjukkan suatu acara atau pekerjaan akan segera dimulai. Ada juga istilah “Ma tumu-tumulo” yang artinya “sudah hidup” untuk suatu tanaman yang baru ditanam, atau suatu kenderaan yang sudah siap diberangkatkan atau mesin yang siap dioperasikan. Ada juga istilah-istilah Gorontalo yang memiliki kesepadanan dengan kata “mulo” seperti “Mopomulo” yang artinya menanam, “motitimulo” “malotimulo”yang artinya “lebih dulu” matilimulayi” artinya sudah mulai tumbuh, ” potimulo mola” yang artinya silahkan lebih dulu.

Selain itu, kata “mulo”, juga terdapat dalam banyak benda di Gorontalo seperti “Tomula” yang diidentikan pada tunas kelapa yang baru tumbuh (tombong kelapa) dan pucuk tunas bambu (wawohu) yang disebut “Tumula” dan biasanya sering dijadikan sebagai “sayur bulu di Gorontalo.

Dengan demikian dapat dimaknai, bahwa istilah “mulo” yang terdapat dalam bahasa Gorontalo mengandung banyak pemaknaan. Meski demikian, istilah ini sangat identik dengan “kehidupan” tentang “awal mula”, awal kejadian atau menggambarkan tentang “permulaan” yang kemudian terus hidup, berkembang, berbuah dan menghasilkan sesuatu untuk manusia dan kehidupan.

Orang yang hidup disebut dengan istilah “Tahitumula”, “nggo tumu-tumulo” yang artinya masih hidup, “popotumula” yang artinya dihidupkan (kata perintah), “pilomulo” yang artinya beragam tanaman yang tumbuh dan masih banyak lagi istilah lainnya.

Dari sini dapat diperoleh gambaran, bahwa orang Gorontalo sejak zaman dulu termasuk tatanan masyarakat cerdas yang mampu melahirkan istilah-istilah yang tidak hanya sekadar kata sebagai bahasa pengantar dalam berinteraksi sosial atau berkomunikasi, tapi juga setiap kata yang terucap dan atau diucapkan, terkadang tersimpan nilai-nilai yang mengandung pesan-pesan moral bagi generasi penerus.

Dari semua istilah yang berawal serta mengandung kata “mulo” dalam Bahasa Gorontalo berarti berbicara tentang “kepeloporan” sebagai garda terdepan, yang utama, mengutamakan, memprioritaskan, mendahulukan dan sangat terkait erat pula dengan keluhuran budi etika dan tatakrama.

Kata “Mopomulo” misalnya, secara bahasa artinya adalah “menanam”, akan tetapi kata ini juga mengandung makna “mendahulukan” atau terlebih dahulu. Melalui istilah ini, para leluhur Gorontalo seakan hendak mengajarkan, bahwa untuk mendapatkan buah atau hasi ke depan, seseorangl terlebih dahulu harus “menanam”. Jika ingin mendapatkan buah mangga, maka harus menanam mangga. Menanam kebaikan kelak akan menuai pula kebaikan dan jika menanam keburukan hari ini, maka kelak ia juga akan memetik keburukan.

Hal ini relevan juga dengan ungkapan “mendahulukan kewajiban sebelum menuntut hak”. Ketika sebuah kewajiban sudah ditunaikan, maka Allah Sang Maha Pencipta sunggu Maha Tahu terhadap hak-hak hambaNya yang telah menunaikan perintahNya.

Selain itu, dalam tataran masyarakat Gorontalo, istilah “Molumulo” jika dimaknai secara lebih mendalam, mengandung pengajaran untuk tidak boleh takut untuk memulai, menjadi pelopor utama yang berada di barisan terdepan dalam melakukan sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri, keluarga dan orang banyak.

Dari istilah ini menunjukkan, bahwa orang Gorontalo sejak zaman dulu telah mewariskan semangat untuk menjadi “pelopor” kebaikan terhadap keturunan-keturunannya. Selanjutnya melalui istilah “tutumulo” yang artinya kehidupan, setiap orang Gorontalo diajarkan tentang “mopotumulo” menghidupkan kebaikan pada diri sendiri dan memberi jalan kehidupan kepada orang lain. “Mopotumulo tentu dengan mopomulo yang diawali dengan “molumulo”. Ketika Tomula (tunas) sudah mulai tumbuh mekar, maka langkah selanjutnya adalah “matumulalo” disemaikan agar tetap hidup dan kelak akan menghasilkan.

Itulah yang disebut dengan siklus kehidupan “Tahitumula”, molumula Mopomulo, memulai dengan menanam, kemudian menjaga dan merawatnya sebagai ikhtiar “matumulalo”sehingga “tumumulo” tumbuh dan hidup yang kelak darinya seseorang akan “menuai” atau dalam Bahasa Gorontalo “molipu”.

Dalam konteks memetik atau “molipu”menarik untuk dicermati, “molipu”, terdapat kata “lipu” yang artinya dalam Bahasa Gorontalo adalah “kesatuan negeri” atau sekumpulan masyarakat yang hidup dalam komunitas. Istilah ini lagi-lagi mengandung makna, bahwa ketika sudah tahap “memetik” sudah menuai hasil, tidak semata hasil atau buah yang dipetik itu untuk diri sendiri, melainkan untuk banyak orang atau “tatolipu”. Disinilah keluhuran budi orang Gorontalo itu dapat ditelaah, tentang pentingnya berbagi.

Itulah sebabnya, dalam filosofi kehidupan masyarakat Gorontalo, salah satu “sila” dalam “Payu Limo Totalu, Lipu Pe’i hulalu” adalah “upango potombulu”yang artinya harta, buah atau hasil yang diperoleh diwakafkan,dibagikan atau “poporasalo” pada orang lain dalam rangka “mopotumulo Tahitumula “dengan “mopoutumulayi Lo Tomula”. ” Dulo mamolumulo” mari kita memulai. Semoga.****

Exit mobile version