Perjuangan penambang tradisional di Kabupaten Pohuwato dalam menghidupi keluarga mereka seakan telah berakhir, hal itu dibuktikan dengan berhentinya beberapa pengepul emas dalam membeli hasil emas dari penambang tradisional.
Kepada awak media, penambang tradisional yang bernama Haryanto mengungkapkan, kondisi penambang tradisional di Kabupaten Pohuwato hari ini makin sulit, belum hilang trauma mereka saat dikejar dengan senjata api oleh oknum APH, kini mereka tidak bisa lagi menjual emas hasil pencaharian mereka.
“Kondisi sekarang semakin susah pak. Baru beberapa bulan kemarin kami dikejar-kejar dengan senapan, bunyi tembakan polisi, peralatan kami dirusak, sekarang kami tidak tahu lagi menjual emas ke mana. Katanya sedang dirazia,” tutur Haryanto
Haryanto yang telah berhasil menamatkan ketiga orang anaknya hingga lulus kuliah dari hasil pertambangan emas ini, kini harus menerima ancaman besar dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Padahal menurutnya, hasil kerjanya di pertambangan emas tidak seberapa, jika diharuskan untuk menjual emas ke kota Gorontalo.
“Sudah lebih 40 tahun saya menekuni pekerjaan sebagai penambang emas. Anak saya empat orang, 3 sudah lulus kuliah, yang satu masih SMA. Semua hasil dari tambang ini pak. Baru kali ini pembeli emas dilarang beli emas dari kami. Itupun tidak seberapa pak, hanya 1 atau 2 gram yang kami mau jual. Sementara toko yang biasa membeli emas kami sekarang ditutup, sementara kebutuhan hidup sehari-hari harus terpenuhi seperti makan, minum, lalu kami mau jual ke mana? Jual ke kota (Gorontalo) jauh, habis di ongkos,” jelasnya
Bahkan, Haryanto meminta agar apa yang mereka alami hari ini bisa diketahui oleh Bapak Kapolri, Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo. Karena baginya, polisi yang harusnya menjadi harapan mereka, kini menjadi sosok yang menakutkan bagi penambang.
“Jika kondisi sulit ini terus seperti ini, kalau ada yang bisa sampaikan suara kami ke pak Kapolri, tolong lihatlah kami, Polisi adalah harapan kami. Tapi di sini (Pohuwato), Polisi jadi hal menakutkan bagi kami penambang. Kami dikejar senapan dan bunyi letusan tembakan. Padahal konon ada setoran-setorang yang tidak sedikit jumlahnya dari hasil tambang yang masuk di kantong oknum (polisi). Kenapa nanti sekarang pembeli emas dilarang dan ditutup,” kata Haryanto
Terakhir, Haryanto menegaskan, jika pada akhirnya mereka diharuskan melawan dan bertarung nyawa untuk bertahan hidup, maka ia akan melakukan hal tersebut demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
“Apakah kami rakyat harus melawan dan bertarung nyawa turun ke jalanan? Jika dengan darah agar kami bisa bertahan hidup, maka kami akan lakukan itu,” ucapnya penuh berani.