TATIYE.ID (KABGOR) – Dalam hidup ini, membaca adalah hal yang utama dan penting. Tidak heran, jika ayat yang pertama turun dalam Al-Qur’an adalah Iqra, iqra, Iqra yang artinya, membaca, membaca dan membaca. Yakni membaca yang tersurat dan membaca yang tersirat. Membaca yang tersurat, adalah makna yang mudah dipahami dari sebuah teks. Siapapun, sepanjang ia tidak buta huruf, bisa membaca dan memahami sebuah teks. Sedangkan yang tersirat, adalah makna yang tidak disampaikan secara gamblang dalam bentuk teks, namun dalam wujud gejala-gejala, fenomena dan isyarat-isyarat tertentu yang membutuhkan daya nalar, naluri dan nurani. Bahkan terkadang, untuk membaca sesuatu yang tersirat, dibutuhkan kelebihan khusus, seperti ilham dan lain sebagainya.
Dalam konteks Pilakda di Kab. Gorontalo sebenarnya, sudah ada isyarat-isyarat yang tersirat yang bisa dijadikan rujukan, untuk sekadar menerka-nerka siapa yang lebih berpotensi unggul. Namanya juga membaca yang tersirat, bisa benar dan bisa saja salah. Tapi paling tidak, sebuah isyarat dan gejala, harus tetap diungkap serta dimaknai untuk sebuah ikhtiar. Karena sesungguhnya, siapa yang menjadi pemimpin di Kab. Gorontalo dalam lima tahun ke depan, sudah tertulis dalam “Lauhul Mahfudz†yang tidak bisa dilawan dengan apapun. Kita sebenarnya hanya memainkan skenario yang endingnya sudah tertulis.
Yang menarik, pemungutan suara pada Pilkada serentak tahun ini, dijadwalkan pada hari Rabu, 9 Desember 2020. Desember adalah bulan, dimana Nelson terlahir ke muka bumi ini. Ia lahir pada 24 Desember 1962.
Jika dihitung-hitung, tanggal, bulan dan tahun kelahiran Nelson Pomalingo, menghasilkan angka 9. Yakni : 2+4 = 6 + 12 = 18. 1+8 = 9. Tahun kelahiran Nelson, yakni 1+9 + 6 + 2 = 18 = 1 + 8 = 9. Tidak hanya itu saja, Nelson Pomalingo dalam keluarga, adalah anak sulung dari 10 bersaudara, berarti Nelson memiliki 9 orang adik. Dengan begitu, tanggal pemungutan suara pada Pilakda serentak, 9 Desember bertepatan dengan “angkanya†Nelson, dimana ia terlahir ke muka bumi ini. Tanggal 9 Desember juga, bertepatan dengan hari Rabu, hari ke-4 (Arba’a) dalam Bahasa Arab, yang berarti kursi (kedudukan).
Isyarat lainnya, baik Nelson dan calon wakilnya, Hendra Hemeto, ternyata keduanya, memiliki angka hoki 8. Indikasinya, Nelson adalah Bupati Gorontalo definitif yang ke -8. Sementara tanggal dan tahun kelahiran Hendra Hemeto, juga melahirkan angka 8. Ia lahir pada 5 Januari 1973, yakni : 5 + 1 = 6 + 1+9+7+3 = 26 = 2+6 = 8.
Angka 8 dalam berbagai mitologi bangsa-bangsa di dunia, seperti tiongkok dan Jepang kuno, adalah angka keberuntungan. Disebut demikian, karena angka ini dalam posisi tegak-lurus-utara-selatan, barat-timur, tetap terbaca sebagai 8. Bahkan angka ini sejak zaman dulu, disebut-sebut sebagai sebuah ledakan besar (The Big Bang), yaitu bermula dari angka Nol (0) sebagai satu-satunya telur kosmik yang menetas, lalu melahirkan lagi dua telur yang saling berdempet dan menyatu. Itulah yang dinamakan dengan angka 8.
Pada abad pertengahan, angka 8, dipercaya sebagai angka bintang “tak bergerak†di langit, yang dianggap sebagai lambang kesempurnaan energi planet yang masuk. Sedangkan di bidang musik, hanya ada 8 not dalam skala oktatinos yang berlaku secara universal. Dan masih banyak lagi keunikan-keunikan angka 8 lainnya, yang terkait erat dengan ilmu komputer, matematika, olahraga, seni, budaya, agama dan mitologi yang hingga kini diabadikan dan menjadi referensi keilmuan.
Nelson dan Desember yang Bermakna
Desember, bagi Bupati Nelson Pomalingo, tidak hanya sekadar bulan kelahirannya, tapi juga, bulan yang memiliki arti, makna dan kesan istimewa bagi sang Deklarator Provinsi Gorontalo ini. Betapa tidak, pada tanggal 5 Desember 2000, merupakan moment penting dan bersejarah. Ketika itu, tangis haru dan air mata, tumpah di bumi Gorontalo, sebagai puncak syukur dan kebahagiaan seluruh rakyat Gorontalo. Maklum saja, pada tanggal itu, Provinsi Gorontalo lahir, seiring disyahkannya Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo oleh DPR-RI.
Moment lainnya, pada Desember 2001, Nelson dipercaya sebagai Rektor IKIP Negeri Gorontalo dan dilantik pada awal Januari 2002. Kemudian, pada Desember 2012, Nelson juga dilantik sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Pada Desember 2009, Nelson juga mendapatkan kehormatan sebagai peserta pendidikan LEMHANAS di Jakarta selama 3 bulan. Tidak hanya itu saja, pada Desember 2015, lagi-lagi dewi fortuna berpihak padanya, ia dan wakilnya Fadli Hasan, dinyatakan unggul pada pemilukada serentak ketika itu. Pada Desember 2013, jika tidak keliru, Nelson juga dipercaya menjadi Anggota Badan Akreditasi Nasional Pendidikan (BAN) Pusat.
Bulan Desember 2006 dan Desember 2009, juga memiliki kesan tersendiri bagi Nelson. Mengingat di bulan itu, terjadi penyerangan kampus UNG yang dipimpinnya, yang dikenal dengan Tragedi Desember 1 dan Desember 2.
Yang jelas, bagi Nelson, Desember adalah bulan yang penuh makna, bulan dimana ia lahir dan bulan di mana ia selalu bangkit, memainkan peran penting bagi negeri leluhurnya, Gorontalo tercinta. Bagaimana dengan Desember 2020? Kita tunggu saja nanti. (Ali MobiliU). (*)