Lahmudin Minta Pemerintah Pusat Segera Anugerahi Pahlawan Nasional Kepada Guru Tua SIS Al Jufri

TATIYE CHANNEL (GORONTALO)   Wacana penganugerahan gelar pahlawan nasional oleh pemerintah pusat kepada Guru Tua Sayyid Idrus Bin Salim Al-Jufri, terus mendapat dukungan dari berbagai kalangan, salah satunya Lahmuddin Hambali. 

Lahmudin yang juga merupakan Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Boalemo dan salah satu Abnaul Khairat, sangat mendukung dan meminta kepada pemerintah pusat untuk segera menetapkan hal tersebut. 

Guru Tua Sayyid Idrus Bin Salim Al-Jufri, kabarnya bakal digelari sebagai pahlawan nasional pendidikan agama di wilayah Sulawesi. Karena dengan semangat dan perjuangan dari Guru Tua, lahirlah para santri dan dai-dai terkenal di wilayah Sulawesi bahkan kiprahnya sampai di level pusat dan internasional.

Alasan lain adalah, sosok Almarhum guru Tua Sayyid Idrus Bin Salim Al-Jufri menjadi pelopor lahirnya pondok pesanteren  Al-Khairaat yang banyak melahirkan anak-anak didik yang mampu mengembangkan syiar-syiar islam di wilayah nusantara.

Lantas, siapa sebenarnya Guru Tua? Ulama karismatik yang juga memiliki sebutan Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufri ini lahir di Taris, Hadramaut, Yaman pada 15 Maret 1892. 

Kata Lahmudin, Ia dikenal sebagai tokoh ulama yang berjasa menyebarkan agama Islam di Sulawesi Tengah. Guru Tua juga adalah pendiri lembaga pendidikan Islam Alkhairaat pada tahun 1930, tahun pertama ia datang ke Palu, yang saat itu masih bernama Celebes di bawah masa pemerintahan kolonial Belanda. 

Lembaga ini adalah salah satu bentuk kontribusi dakwahnya. Dimana, misi utama Habib Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri atau juga dikenal Guru Tua sebagai pendiri Perguruan Alkhairaat adalah menyebarkan ilmu pengetahuan. Ia menyebarkan ilmu hingga akhir masa hidupnya.

“Bahkan sampai akhir hayatnya pun, Guru Tua masih tetap mengajar kepada murid-muridnya,” kata Lahmudin.

Sepanjang hidupnya, ulama yang akrab disapa Guru Tua ini memang dikenal sebagai sosok yang cinta ilmu. Tak hanya untuk diri sendiri, ilmu itu juga ia tularkan kepada orang lain. Salah satu wujud cintanya pada ilmu adalah didirikannya lembaga pendidikan Islam Alkhairaat.

Inilah sumbangsih nyata Guru Tua kepada negeri ini. Alkhairaat ia dirikan di Palu, Sulawesi Tengah, kala usianya menginjak 41 tahun.

Dan, ketika ia wafat pada usia 77 tahun, lembaga pendidikan Alkhairaat telah menyebar di kawasan timur Indonesia.

Kala Guru Tua meninggal dunia, Alkhairaat sudah memiliki 425 madrasah, sekolah, hingga perguruan tinggi. 

Dari hari ke hari, warisan pendidikan dari Habib Idrus terus meluas. Kini, Alkhairaat telah menyebar ke 11 provinsi di kawasan timur Indonesia. Dari sebaran itu, tercatat ada sekitar 2.000 madrasah dan sekolah Alkhairaat yang kini eksis. 

“Antara Habib Idrus dan Alkhairaat ibarat sekeping mata uang yang permukaannya berbeda, tapi memiliki nilai yang sama,†jelasnya. (*)

Exit mobile version