TATIYE.ID (PEMPROV) – Provinsi Gorontalo memiliki empat bahasa daerah yang tersebar di tiap wilayah penuturnya. Diantaranya bahasa Gorontalo, bahasa Suwawa, bahasa Minahasa dialek Jawa Tondano, dan bahasa Bajou.
Namun, apa yang akan terjadi apabila keempat bahasa daerah ini hilang? UNESCO mengingatkan bahwa, ketika suatu bahasa punah, dunia akan kehilangan warisan yang sangat berharga. Sejumlah besar legenda, puisi, dan pengetahuan yang terhimpun dari generasi ke generasi akan ikut punah.
Perlahan, tapi pasti masalah kepunahan bahasa ini turut menggerogoti daerah dengan julukan Serambi Madinah yang berada di wilayah utara pulau Sulawesi.
Penelitian mengenai vitalitas bahasa daerah pada 2019 oleh Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo yang dilakukan di tiga desa yaitu, Desa Bondara, Desa Bondawuna, dan Desa Bonedaa di Kecamatan Suwawa Selatan, Kabupaten Bone Bolango, mampu menjadi gambaran daya hidup bahasa Gorontalo dewasa ini.
Menanggapi persoalan tersebut, Duta Bahasa Provinsi Gorontalo tahun 2022, Zhein Nirwan Tawil bersama Dini Salsabilah Gasim mengambil peran dalam melestarikan bahasa Gorontalo, dengan mengusung krida kebahasaan yang bertajuk Te Koro dan Ti Mimi dari Gorontalo (Komigo).
“Sebagai maskot yang merepresentasikan karakter khas anak-anak Gorontalo, Komigo memuat tiga produk utama, yaitu komik, lagu, dan boneka,” kata Zhein.
“Apabila kita menilik kriteria vitalitas bahasa berdasarkan bahasa yang dikuasai, terungkap bahwa penutur yang menguasai bahasa Suwawa dan bahasa Gorontalo masuk dalam kategori 4, yaitu mengalami kemunduran,” sambungnya.
Tak hanya itu saja, Zhein menjelaskan bahwa keunikan Komigo terletak pada cerita yang memuat informasi kebudayaan Gorontalo. Cerita tersebut disajikan secara ringkas serta dikemas dengan dialek dan bahasa Gorontalo.
“Di halaman belakang komik terdapat lagu anak-anak yang dialihbahasakan dari bahasa Indonesia menjadi bahasa Gorontalo yang dapat diakses melalui kode respons cepat. Demikian juga dengan boneka sebagai lambang visual memiliki magnet, untuk menggugah emosi dan sikap anak-anak yang membantu pencapaian tujuan dalam memahami dan mengingat informasi yang terkandung dalam istrumen visual,” jelasnya.
Untuk menyempurnakan Komigo, Duta Bahasa Provinsi Gorontalo telah berkolaborasi dengan drg. Gamaria Purnawati Monoarfa, selaku Bunda Literasi dan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Provinsi Gorontalo.
Selain itu, uji keterbacaan Komigo juga telah dilakukan pada 2 Sekolah Dasar, yaitu SDN 02 Kota Barat dan SDN 05 Popayato. Kekuatan dan keunggulan Komigo terindikasi sebagai media pembelajaran dan pelestarian bahasa Gorontalo, salah satunya sebagai representasi tokoh anak-anak di Gorontalo, Te Koro dan Ti Mimi.
“Ini berpotensi lebih untuk terterima di kalangan anak-anak, karena dianggap familiar dengan jati diri mereka. Sehingga penerimaan bahasa Gorontalo oleh anak-anak dapat lebih mudah tercapai,” ucapnya.
Disamping itu, informasi bahasa dan budaya Gorontalo yang dikemas dalam cerita komik, lagu anak-anak, dan boneka diramu dengan mudah dan telah disesuaikan dengan kemampuan kognitif, rata-rata anak-anak SD kelas 4 sampai dengan kelas 6.
Zhein mengungkapkan, bahwa pembaca dapat menikmati komik Komigo seri 1 dengan judul Tuwato U’alo Lo Hulontalo melalui Tokopedia dan Webtoon yang mengangat topik terkait makanan khas daerah Gorontalo.
“Selain dapat belajar bahasa Gorontalo, anak-anak bisa mengenal tentang nama-nama makanan khas Gorontalo. Tidak hanya itu, belajar bahasa Gorontalo bisa dengan mudah diakses melalui boneka Komigo yang sudah dilengkapi dengan fitur nyanyian lagu anak-anak yang telah dialihbahasakan ke bahasa Gorontalo.
Terakhir Zhein berharap, Komigo bisa menjadi produk komersial dalam menunjang pelestarian bahasa daerah di seluruh pelosok Provinsi Gorontalo. Karena Komigo, bangga berbahasa Gorontalo. (**)