Kaledoskop Olahraga Gorontalo, Penuh Kejutan Sepanjang 2024

TATIYE.ID (SPORT) – Tahun 2024 beberapa hari lagi akan kita tinggalkan. Banyak peristiwa Olahraga yang terjadi di tahun kedua usai badai Covid melanda di seluruh dunia. tatiye.id akan merangkum beberapa peristiwa olahraga akbar yang terjadi sepanjang 2024 dalam sebuah kaleidoskop Olahraga tahun ini. Tentu saja dengan harapan tahun mendatang akan dapat mewujudkan mimpi masyarakat Gorontalo akan prestasi olahraga yang semakin gemilang.

Sebagai catatan di tahun 2025 tidak terlalu banyak event nasional akan digelar, kecuali Festival Olahraga Nasional (FORNAS) dan beberapa multievent seperti SEA Games dan Piala Asia kelompok umur.

Tahun 2024 akan dikenang sebagai tahun yang penuh kejutan. Ya, dimulai dengan lolosnya 18 cabang olahraga (cabor) mewakili Provinsi Gorontalo untuk mengikuti PON XXI di Aceh-Sumut pada bulan September 2024 lalu. Selanjutnya kontingen Gorontalo berhasil meraih 13 medali, di antaranya, dari cabang olahraga Sepak takraw 1 medali emas dan 1 medali perak, Taekwondo 1 medali emas dan 2 medali perunggu, Muay Thai 1 medali emas, Catur 1 medali perak, Biliar 1 medali perak, Atletik 1 medali perak dan 1 medali perunggu, Karate 1 medali perunggu, E-sport 1 medali perunggu, dan dari cabor Gateball 1 medali perunggu.

Prestasi ini merupakan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan capaian pada PON XX di Papua, di mana Gorontalo hanya meraih lima medali. Kemudian jelang akhir tahun 2024, satu atlet E-Sport Gorontalo yakni Akbar Paudie sukses bersama timnas E-Sport Football berhasil meraih tropy Piala Dunia E-Footbal usai mengalahkan timnas E-Sport Brazil di partai final.

Prestasi lain yang tidak kalah mendapat perhatian masyarakat Gorontalo adalah terselenggaranya Pra POPNAS wilayah V di Provinsi Gorontalo dengan sukses penyelenggaraan dan sukses prestasi. Event yang sempat beberapa kali tertunda pelaksanaannnya di Provinsi Gorontalo akhirnya dapat terselenggara juga dengan hasil yang memuaskan, meski tuan rumah belum bisa menjadi juara umum pada event regional wilayah V yang diikuti enam Provinsi tersebut.

Dan tentunya di penghujung tahun 2024 untuk kali pertama dua event perdana digelar yakni, Festival Olaraga Provinsi (FORPROV) yang digagas Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI) Gorontalo yang diikuti sebanyak 14 Induk Organisasi Olahraga (Inorga). Dan terakhir, untuk pertama kali di Gorontalo bahkan di Indonesia, bergulirnya Liga sepak takraw atau oleh Pengprov PSTI Gorontalo serta para mantan atlet takraw menyebutnya Gorontalo Sepak Takraw Liga (GSTL) 2024 yang saat ini masih tengah bergulir.

Kejutan prestasi olahraga Gorontalo di pentas multi event PON tahun ini patut dikenang sepanjang masa. Ya, untuk pertama kalinya Gorontalo meraih 13 medali diajang olahraga empat tahunan tersebut. Beberapa cabang olahraga sukses memberikan prestasi yang tidak terduga pada PON yang pertama kali dihelat di dua daerah itu.

Sebut saja, cabor muaythai dan taekwondo yang kali pertama mempersembahkan medali emas bagi Gorontalo di PON, kemudian gebrakan prestasi tak terduga lainnya dari beberapa cabang olahraga yang di PON sebelumnya belum berhasil meraih medali atau di PON tahun ini mengupgrate prestasinya. Sebut saja, cabor karate, gateball, e-sport, catur, biliar dan atletik yang di PON tahun ini berhasil membuktikan diri bahwa mereka bisa mengejar ketertinggalan dari beberapa cabor unggulan Gorontalo seperti sepak takraw dan taekwondo.

“Tahun ini adalah tahun yang penuh kejutan prestasi bagi saya. Di PON kemarin menjadi bukti bahwa kita bisa bersaing dan patut diperhitungkan dari sisi pembinaan prestasi. Ya, selain sepak takraw dan taekwondo, beberapa cabang olahraga lainnya membuktikan bahwa mereka bisa memberikan yang terbaik bagi daerah di PON. Dan saya sangat mengapresiasi akan hal itu,” kata Ketua KONI Provinsi Gorontalo, MN.H. Fikram Az. Salilama, S.Ip, Selasa (24/12/2024).

Namun dari sekian torehan prestasi dan cerita gembira penuh kebanggaan yang diperoleh di tahun 2024, tahun ini juga menjadi kenangan terindah bagi dunia olahraga Gorontalo khususnya.

Dimulai dari kabar duka yang menimpa sederet pelaku olahraga Gorontalo diantaranya Djafar, Marwan Kaku, Santi Ahmad, hingga pelatih sepak takraw nasional andalan Gorontalo, Herson Taha yang wafat disela-sela berjuang di PON XXI Aceh-Sumut. Terakhir kabar sedih akan pengalihan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) menjadi Sentra Pembinaan Olahragawan Berbakat Nasional (SPOBNAS).

Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP) di tahun 2025 bakal berganti nama. Kemenpora RI telah memutuskan untuk pergantian nama PPLP menjadi Sentra Pembinaan Olahragawan Berbakat Nasional (SPOBNAS) yang nantinya akan menjadi pusat pembinaan olahraga prestasi di tingkat provinsi yang bertujuan untuk menjaring dan membina bakat atlet muda.

SPOBNAS sendiri menjadi jembatan salah satu program unggulan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk pembinaan atlet muda Cibubur Youth Athlete Training Center (CYATC). CYATC merupakan puncak tertinggi pembinaan sentra olahragawan usia muda di Indonesia. CYATC memiliki sarana dan prasarana bertaraf internasional dan membina 11 cabang olahraga, yaitu Atletik, Bulutangkis, Panahan, Karate, Panjat Tebing, Pencak Silat, Renang, Senam, Sepakbola, Taekwondo, Angkat Besi.

CYATC merupakan bagian dari implementasi Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Tujuannya adalah untuk memberikan wadah pembinaan bagi atlet muda untuk menuju prestasi dunia. Nah, SPBNAS yang ada di setiap Provinsi menjadi wadah pembinaan sentra yang ada di daerah dimana sasarannya adalah menciptakan atlet untuk Indonesia menuju jenjang kompetisi internasional.

Nah, bagaimana dengan PPLP Gorontalo atau yang akan berganti nama menjadi SPOBNAS?. Kabid Olahraga, Dispora Provinsi Gorontalo, Hifni Tegela melalui pejabat fungsional olahraga prestasi, Alan Wungguli mengatakan, perubahan juga akan terjadi di Provinsi Gorontalo.

“Soal perubahan PPLP menjadi SPOBNAS ini pasti di daerah juga akan ikut berubah. Dan Kemenpora RI juga sudah dua kali melakukan tes evaluasi yakni di bulan Agustus pertama dan kedua di bulan November 2024 kemarin,” kata Alan Wungguli, Senin (16/12/2024).

“Gorontalo dari hasil tes evaluasi tersebut hanya dapat 5 kuota atlet yang lebih sedikit dari kuota sebelumnya sebanyak 18 kuota atlet. Namun kemudian dari 5 kuota atlet lolos tes, Kemenpora menambah 2 jatah kuota lagi,” tambahnya.

Untuk cabang olahraga (Cabor) apa saja yang akan dibina SPOBNAS ini yakni atletik dan karate. Dimana berdasarkan hasil tes evaluasi, 4 atlet atletik dan 1 karate yang dinilai layak dan lolos tes. Sementara tambahan 2 kuota atlet, jelas Alan sesuai arahan petunjuk Kemenpora diharapkan untuk menambah kuota cabor karate menjadi 3 atlet.

“Rencananya tanggal 26 Desember 2024 nanti kita akan menyeleksi dua atlet karate lagi guna memenuhi kuota tanbahan sekaligus kita akan menyeleksi pelatih dua cabor tersebut,” jelasnya.

Untuk pelatih SPOBNAS dan SPOBDA sendiri sesuai surat Kemenkeu dan surat dari Kemenpora serta Permenpora no 12 tahun 2024. Sementara itu, untuk pembinaan di tingkat Kabupaten Kota yang tadinya bernama PPLPD akan berubah menjadi Sentra Pembinaan Olahragawan Berbakat Daerah (SPOBDA) atau pusat pembinaan olahraga prestasi di suatu Kabupaten Kota.

“Terkait pelatih SPOBNAS dan SPOBDA itu diatur dalam Permenpora no 12 tahun 2024 tentang SPOBNAS non ASN maupun P3K. serta dalam surat edaran Kemenkeu tentang SBML no S-598/MK./2024 tertanggal 17 Juli 2024 yang berdasarkan surat Kemenpora no. T/PR .03.00/3.20.41/MENPORA/III/2024 tanggal 20 Maret 2024,” jelasnya.

Terakhir yang tidak kalah menghebohkan publik olahraga nasional bahkan Gorontalo yakni terbitnya Permenpora nomor 14. Ya, kontroversi dan kekhawatiran dari berbagai organisasi olahraga nasional mencuat usai terbitnya Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (Permenpora) No. 14 Tahun 2024. Permen yang diteken Menpora Ario Bimo Nandito Ariotedjo pada 18 Oktober 2024 tersebut dinilai bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diatur dalam Piagam Olimpiade (Olympic Charter).

Ketua Indonesia Peduli Olahraga (IPO), Erwiyantoro, menyampaikan kritik tajam terhadap peraturan tersebut. Menurutnya, Permenpora tersebut melanggar prinsip independensi organisasi olahraga nasional, yang merupakan salah satu poin utama dalam Olympic Charter.

Salah satu poin yang menjadi sorotan adalah pasal 10 ayat 2 Permenpora No. 14 Tahun 2024, yang menyebutkan bahwa Kongres atau Musyawarah organisasi olahraga hanya dapat dilaksanakan setelah mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Selain itu, aturan masa jabatan pengurus organisasi olahraga yang dibatasi maksimal dua periode dalam pasal 18 ayat 1 juga dianggap sebagai bentuk intervensi yang berpotensi melanggar prinsip otonomi.

“Bagaimana Menpora akan menerapkan aturan ini terhadap tokoh besar seperti Prabowo Subianto, Ketua PB IPSI, yang kini juga menjabat sebagai Presiden RI, atau Rosan Soeslani, Ketua PB PABSI, yang juga Menteri BKPM? Keduanya telah menjabat lebih dari dua periode,” ujar Erwiyantoro.

Permenpora ini juga dinilai bertentangan dengan Pasal 27 Ayat 6 Piagam Olimpiade yang menegaskan bahwa organisasi olahraga harus bebas dari campur tangan politik atau pemerintah. Erwiyantoro juga mengingatkan bahwa sanksi dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) bisa menjadi konsekuensi serius jika intervensi pemerintah dalam pengelolaan olahraga terus terjadi.

“Kita tidak ingin peristiwa kelam seperti saat Piala Thomas 2020 terulang, di mana bendera Merah Putih tidak dapat berkibar akibat sanksi dari WADA. Ini adalah peringatan keras untuk Menpora,” tambahnya.

Semoga di tahun 2025 nanti kondisi dunia olahraga nasional dan Gorontalo khususnya akan lebih baik lagi. Kontroversi soal Permenpora nomor 14 dan nomor 12 diharapkan dapat berakhir dengan damai serta saling menguntungkan baik secara organiasi maupun pembinaan prestasi di level terbawah di daerah. (*)

Exit mobile version