
Rusli Habibie harus berani mengambil sikap demi masa depan Partai Golkar di Kabupaten Pohuwato. Karena jika tidak, Partai Golkar akan mengalami turbulensi yang amat dahsyat jika ketua DPD II pada akhirnya akan dipaksakan jatuh ke tangan Beni Nento. Sejak Nasir giasi diganti dari unsur pimpinan DPRD Kabupaten Pohuwato, hal itu bisa menjadi isyarat bahwa kans Beni Nento semakin besar untuk menjadi orang nomor satu Partai Golkar di pohuwato.
Kegagalan Beni Nento dalam mempertahankan jabatan Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pohuwato sebagai lembaga yang berwenang dalam dunia olahraga seakan membuka tabir bahwa dirinya terpilih jadi ketua DPRD bukan karena kemampuannya dalam memimpin, melainkan karena diuntungkan konflik internal para sesepuh politik di pohuwato. Terbukti, melawan seorang Mohamad Afif dalam perebutan KONI yang hanya memiliki satu kursi di parlemen Beni terlihat kuwalahan, padahal dirinya adalah seorang petahana.
Beberapa simpatisan olahraga yang ada di Kabupaten Pohuwato berspekulasi bahwa, kekalahan Beni dalam mempertahankan ketua Koni dikarenakan tak mengantongi dukungan dari peraih suara terbanyak di Daerah Pemilihan (Dapil) I Marisa-Buntulia pada Pileg 2024, Nasir Giasi dengan total raihan 3.289 suara.
Jika dibandingkan dengan kekuatan Nasir, Beni dinilai belum layak untuk mengimbangi kekuatan dua pimpinan partai yang kini berada di pucuk pimpinan daerah yaitu Bupati Pohuwato, Saipul A. Mbuinga, Ketua DPC Partai Gerindra dan Wakil Bupati Iwan S. Adam, Ketua Partai Nasdem Pohuwato.
Meskipun Partai Golkar termasuk dalam koalisi yang memenangkan pasangan tersebut di Pilkada Pohuwato 2024, namun belum bisa diklaim bahwa itu berkat kerja-kerja Beni, karena saat itu Nasidr Giasi masih menduduki kursi ketua DPRD yang juga sekaligus Ketua DPD II Golkar hingga saat ini.