
TATIYE.ID (GORONTALO) – Muhammad Iqram Amri merupakan salah seorang Penyuluh Agama Islam utusan Gorontalo masuk babak final pada ajang Penyuluh Agama Islam (PAI) Award Tahun 2023 tingkat nasional.
Saat ini, pria yang biasa disapa Iqram ini melaju pada 10 besar terbaik pada PAI Award kategori lomba metode penyuluhan baru dengan karyanya “Inovasi Bimbingan dan Penyuluhan dengan Pembuatan Aplikasi Japolee serta Pemanfaatan Media Digital dan Media Sosial di Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo”
Iqram selaku PAI pada Kantor Kemenag Bone Bolango melihat bahwa saat ini moral anak bangsa Indonesia kian hari semakin menunjukkan kemerosotan. Hal ini nampak pada pemberintaan akhir-akhir ini terdapat beberapa kasus yang menunjukkan kemerosotan moral bangsa indonesia. Dan lebih memprihatinkan lagi, fakta yang menunjukkan bahwa anak-anak, remaja dan generasi muda telah terlibat pada perilaku kriminal atau tindak kejahatan.
Selain itu, terdapat pula kasus yang menunjukkan penyimpangan perilaku keagamaan yakni kasus anak yang terpapar terorisme dan radikalisme. Maka dengan semakin banyaknya kasus serupa yang mana penyebabnya menjurus pada lemahnya pendidikan sehingga penting bagi seorang penyuluh untuk berinovasi dalam sistem bimbingan dan penyuluhan agama. Menurutnya inovasi menjadi keniscayaan dan wujud profesionalisme penyuluh agama dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam masyarakat.
Dalam penyuluhannya, Iqram berinovasi dengan menggunakan media digital dan media sosial sebagai wadah untuk menyampaikan materi pembelajaran ataupun untuk berkomunikasi dengan binaanya. Diantaranya, penggunaan laptop dan layar proyektor untuk memudahkannya dalam menyampaikan materi binaan, memanfaatkan al-Quran digital, tajwil dan Makhrajul huruf Digital, pemanfaatan Kamus digital, Media Power Point, membuat Grup Whatsapp serta penggunaan Video Canference Zoom sebagai alternatif bimbingan dan penyuluhan apabila bimbingan dan penyuluhan secara langsung dengan tatap muka tidak memungkinkan untuk dilksanakan. Yang paling menarik adalah Ikram membuat aplikasi sebagai alat penyuluhan.
“Inisiatif untuk membuat aplikasi ini berawal dari keprihatinan kami melihat dan mendapatkan begitu banyak masyarakat khususnya di provinsi Gorontalo dan lebih khusus lagi di Kabupaten Bone Bolango yang apabila mereka membaca Al-Quran, bacaan mereka masih sangat jauh dari kaidah tajwid dan makharijul huruf. Kebanyakan dari mereka sudah merasa cukup dengan kemampuan bisa membaca Al-Quran walaupun bacaannya tidak sesuai dengan kaidah Tajwid dan makharijul huruf,” jelas Iqram, (4/8/23).
Orang tua kata Dia hanya menginginkan anak kecilnya bisa baca Quran saja dan mengenal huruf-huruf hijaiyah di usia SD/MI, tidak menginginkan pembelajaran yang lebih dari itu yakni pembelajaran tajwid dan makharijul huruf, sehingga ketidak mampuan membaca Al-Quran dengan baik dan benar ini terus dalam kondisi yang sama sampai mereka menginjak usia dewasa bahkan sudah ada yang diberi Amanah untuk menjadi imam tetap di masjid-masjid yang ada di provinsi Gorontalo.
Sehingga sebagai seorang penyuluh Iqram mengaku tergerak untuk mencoba memutus mata rantai kondisi yang memprihatinkan ini, dengan cara mencari solusi terbaik yaitu menciptakan metode pembelajaran tajwid dan makharijul huruf yang “mudah dan menyenangkan” dengan cara membuat sebuah aplikasi yang tentunya berbasis digital yang diberi nama APLIKASI JAPOLEE.
“Kami beri nama aplikasi ini dengan nama Japolee yang dalam Bahasa Gorontalo berarti Jangan Menyesal, bermaksud mengingatkan untuk kita semua agar suatu saat nanti jangan menyesal apabila nanti di hari akhir Allah akan meminta pertanggung jawaban karena kita tidak mempelajari cara membaca Al-Quran dengan baik dan benar,” paparnya.
“Aplikasi yang kami buat ini, terdiri dari audio visual yang mampu menampilkan gambar visual yang disertai dengan audio suara secara bersamaan sehingga kesesuaian letak sumber penyebutan huruf hijaiyah dengan bunyi atau suara yang ditimbulkan bisa dengan mudah diikuti dan dipahami,” tandasnya.