TATIYE.ID – Beberapa hari ini linimasa saya dipenuhi dengan postingan Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) Ke-74 yang biasa diperingati pada tanggal 12 Juli oleh warga Indonesia. Jika dipikirkan kembali, di zaman digital saat ini, dimana anak-anak milenial yang akrab disapa ‘Anak TikTok’ mungkin tak paham dengan koperasi sendiri. Bahkan, adapula yang tidak mau tahu. Jika dilihat, anak-anak zaman sekarang lebih tertarik dengan artis tampan dari “Negeri Ginseng” Korea dan juga lebih tertarik joget TikTok.
Memang tidak ada yang salah jika dilihat dari segi perubahan zaman, namun sungguh disayangkan jika di zaman modern seperti ini, segala fasilitas untuk mengetahui sesuatu disalahgunakan oleh generasinya. Generasi yang seharusnya bisa melahirkan ide-ide cemerlang, malah melahirkan ide untuk buat gerakan TikTok yang baru, atau bahkan ide untuk konten sosial media mereka.
Jika membaca buku atau artikel dari “Bapak Koperasi” Indonesia, Bung Hatta, pasti kaum milenial akan heran dengan pemikiran beliau mengenai koperasi. Bukan tanpa alasan, dimana dalam buku atau artikel Bung Hatta menceritakan solusi ekonomi negara, dan bahkan solusi ekonomi masyarakat bisa diatasi dengan koperasi.
Ada salah satu kutipan sakral bung Hatta mengenai koperasi, “Koperasi adalah jawaban untuk menyelesaikan persoalan ekonomi rakyat yang tidak stabil dan mengutamakan semangat kekeluargaan”.
Ya, dari kutipan tersebut kita bisa belajar mengutamakan semangat kekeluargaan, lihat saja Prinsip koperasi dibawah ini :
- Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
- Pengelola koperasi bersifat demokratis.
- Penbagian SHU atau Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sesuai dengan besaranya jasa usaha masing-masing anggota.
- Pemberian balas jasa terbatas terhadap modal.
- Kemandirian.
- Pendidikan Perkoperasian.
- Kerjasama antar koperasi.
Dengan 7 prinsip koperasi di atas, maka dijamin kekeluargaan akan terjalin lebih baik lagi.
12 Juli 2021 ini, Harkopnas sudah diperingati untuk ke 74 kalinya di Indonesia, namun sudah adakah koperasi yang lahir dari anak-anak genarasi 4.0.? Atau sudah adakah inovasi baru untuk koperasi yang dilahirkan oleh generasi 4.0.?
Jika Bung Hatta masih hidup saat ini, pasti beliau menangis melihat koperasi di zaman seperti ini. Dimana koperasi hanya menjadi pilihan terakhir untuk masyarakat, lebih khusus bagi mereka kaum milenial. Belum lagi dalam 2 tahun terakhir dunia lebih khusus Indonesia sedang dilanda wabah yang mematikan, yaitu Covid-19 sehingga mengakibatkan anjloknya ekonomi negara, juga masyarakat.
Apakah koperasi bisa mengatasi anjloknya ekonomi saat ini? Mungkin iya! Mungkin juga tidak! Semua tergantung gerakan kita saja.
Namun, jika saya melihat, khusunya bagi masyarakat Gorontalo saat ini, koperasi bisa dijadikan solusi. Misalkan dengan mendirikin satu Koperasi Pertanian atau Koperasi Khusus Pertanian. Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, banyak masyarakat Gorontalo yang memaksimalkan hasil pertanian mereka. Penyebabnya tidak lain adalah Covid-19. Karena kebijakan jaga jarak, tidak pekerja swasta yang ‘dirumahkan’.
Menurut saya, Koperasi Pertanian bisa menjadi salah satu solusi, dimana uang sulit didapatkan oleh petani untuk membeli pupuk dan bibit, sementara koperasi bisa memfasilitasi itu dengan cara meminjamkan uang, namun koperasi juga harus menyediakan tempat untuk petani membeli pupuk dan bibit atau bahkan seluruh peralatan pertanian.
Namun, pertanyaannya, Apakah pemerintah daerah mampu memfasilitasi hal tersebut demi kesejahteraan rakyatnya? Sekian dari saya.
Bagian akhir dari tulisan saya ini, saya tidak ingin sedang melemahkan kaum milenial, toh jika kawan-kawan merasa dilemahkan dengan kritik ini, memang dasarnya mental kawan-kawan sudah lemah dari awal. Untuk Pemerintah, bekerjalah untuk rakyat, maka semua akan baik-baik saja.
Penulis Rahmanto Moomin, Jurnalis Tatiye id.