TATIYE CHANEL (GORONTALO) – Hari ini dan besok seluruh wilayah di provinsi Gorontalo akan mengalami hari tanpa bayangan atau disebut kulminasi. Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Meteorologi Djalaludin tantu provinsi Gorontalo, Muhamad Nurhuda, ST melalui forecaster onduty, Arimi Pratiwi Gani, S. Tr, ketika dikonfirmasi via whatsapp membenarkan hal ini. “Ya besok Gorontalo akan alami kulminasi,” ujar Arimi.
Arimi mengatakan, fenomena alam ini terjadi ketika matahari berada pada posisi paling tinggi di langit. Dimana, matahari akan tepat berada diatas kepala pengamat atau dititik zenit. “Akibatnya bayangan benda tegak akan menghilang atau dikenal dengan istilah hari tanpa bayangan,” ujar Arimi
Arimi mengungkapkan, kulminasi tidak berlangsung serentak di seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Gorontalo. Ya, hari ini Kulminasi hanya terjadi di wilayah Kabupaten Gorontalo Utara pada pukul 11.41.37 WITA. “Sementara besok fenomena alam ini akan berlangsung di wilayah lainnya dengan jam yang berbeda. Kabupaten Boalemo pukul 11.43.32 WITA, Pohuwato pukul 11.45.11 WITA, Kabupaten Gorontalo pukul 11.41.00 WITA, Kota Gorontalo 11.40.41 WITA dan Bone Bolango pukul 11.40.22 WITA,”
ungkapnya dan menambahkan perbedaan waktu kejadian kulminasi ini dikarenakan tidak seluruh wilayah Indonesia berada di equator. “Daerah pertama yang merasakan kulminasi ini adalah Sabang, Aceh pada 8/9 yang lalu. Dan akan berakhir pada 21/10 di Seba, NTT. “Perlu saya sampaikan pula, pada saat kulminasi, posisi matahari terbit akan tepat di arah timur 90 derajat dan pada saat terbenam akan tepat di arah barat 270 derajat,” ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dampak fenomena alam yang terjadi setiap tahun yakni bulan Maret dan September ini, adalah akan adanya perbedaan waktu antra siang dan malam di belahan bumi utara dan selatan. Kemudian sebagai penentu awal musim di BBU dan BBS. Sedangkan di indonesia sendiri yang berada di wilayah equator, pada saat kulminasi, waktu siang dan malam akan sama yaitu 12 jam. “Dan pada saat kulminasi ini juga biasanya dijadikan referensi untuk penentuan arah mata angin,” tandas Arimi.(*)