Hadiri RDP Bersama Komisi II DPRD Gorut, Ini Kata Perusahaan

TATIYE.ID (GORUT) – Dua manajemen perusaan penampung jagung yang di undang oleh Komisi II DPRD Kabupaten Gorontalo kini menjelaskan terkait persoalan harga jagung, antrian serta penutupan gudang.

Berdasarkan penyampaian manajemen dari kedua perusahaan yang diundang tersebut, stok jagung yang ditampung kedua perusahaan itu sudah melebihi kapasitas dan saat ini gudang kedua perusahaan itu sudah full dan tidak bisa menampung lagi.

Bahkan ada yang sudah di emperan dan hanya ditutup dengan terpal, Sehingga mereka mencari solusi untuk menitip di depo-depo yang ada di Pelabuhan Anggrek dan itupun sudah penuh.

Anggota Komisi II Lukum Diko menjelaskan, yang terjadi saat ini di lapangan, bukan soal permainan harga jagung.

“Mereka kasihan kepada petani ketika mau tutup. Harga di sana masih pada kisaran Rp 4.100 sampai Rp 4.500. Kalau Rp 3.800 itu kadar air 15 persen tanpa potongan lagi. Makanya, kita hanya minta informasi lebih jelas dari perusahaan sampai ke telinga petani. Ketika memberikan informasi harga sekalian dengan kadar airnya, supaya tidak ada asumsi-asumsi liar di luar,” imbuh Lukum.

Sehingganya, Lukum, berharap pintu penjualan harga jagung dari perusahaan ke luar segera terbuka lebar, agar petani juga bisa merasakan dampaknya dan bisa menikmati harga yang lebih bagus.

“Karena memang pada prinsipnya, sebenarnya sekarang mereka sudah tidak bisa menampung lagi. Namun melihat petani yang sudah jauh-jauh membawa jagung, maka dengan terpaksa dibeli,” kata Lukum.

Kata Lukum, aktivitas ekspor atau penjualan sebagaimana penyampaian kedua perusahaan tetap masih ada, namun permintaannya yang sedikit.

Bahkan saat ini, kata Lukum lagi, kerugian kedua perusahaan, seperti di PT Gorontalo Pangan Lestari, sudah mencapai ratusan ton yang belum terkirim.

“Sudah mau jalan tiga bulan, karena permintaan yang sedikit. Sehingga hitung-hitungannya mereka sudah rugi, karena jagung itu kalau sudah di atas dua bulan, biasanya sudah berkutu. Sehingga mereka katakan mereka sudah jual rugi,” terang Lukum.

Kedua perusahaan tersebut, lanjut Lukum, menyatakan ketika sudah stabil akan memberikan harga yang maksimal sebagaimana mestinya, Karena pada dasarnya antara perusahaan maupun petani kata Lukum, saling membutuhkan.

“Tidak akan beraktivitas perusahaan kalau tidak ada petani yang menjual jagung mereka. Begitu juga sebaliknya, kalau tidak ada perusahaan penampung, petani juga sulit memasarkan jagung mereka,” ujar Lukum.(*)

Exit mobile version