
TATIYE.ID (KABGOR) – Anggota DPRD Kabupaten Gorontalo dari Fraksi NasDem, Sarifa Pangalima, meluapkan emosinya dalam rapat antara Badan Anggaran (Banggar) DPRD dan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), Senin (29/12/2025). Rapat tersebut membahas hasil evaluasi Pemerintah Provinsi Gorontalo terhadap APBD Tahun Anggaran 2026.
Di sela-sela rapat, Sarifa menyampaikan interupsi keras terkait perlakuan salah satu kepala dinas terhadap pedagang di Food Court yang berada di bawah pengelolaan dinas bersangkutan.
Sarifa mengaku menerima laporan dari para pedagang bahwa mereka diusir dari lokasi berjualan karena tidak mampu membayar iuran bulanan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah (Perda).
Para pedagang tersebut juga mengeluhkan menurunnya pendapatan harian akibat adanya Limboto Coffee Street yang berjualan di depan Kantor Bupati dan Rumah Dinas (Rudis) Bupati Gorontalo.
“Di situlah satu-satunya tempat mereka mencari nafkah. Kalau tidak mampu membayar selama setahun, langsung dieksekusi dan tidak boleh lagi berjualan. Saya tidak suka dengan cara-cara seperti itu, Pak Sekda. Saya pertaruhkan nyawa saya,” tegas Sarifa.
Ia kemudian menirukan pernyataan Kepala Bidang yang menaungi Food Court saat menyampaikan keputusan kepada para pedagang.
“Katanya, ‘jangankan anggota DPRD, Bupati sekalipun saya tidak takut, saya pertaruhkan nyawa saya’. Kurang ajar itu namanya,” ujar Sarifa di hadapan Sekretaris Daerah Kabupaten Gorontalo, Sugondo Makmur.
Sarifa juga mempertanyakan sikap pejabat tersebut yang dinilainya arogan dan terkesan ingin menunjukkan kekuasaan.
“Dia pikir setelah dilantik itu sudah hebat? Mau pamer jago di hadapan Bupati? Mau cari muka supaya kinerjanya terlihat bagus?” katanya.
Menurut Sarifa, alasan pejabat tersebut hanya menjalankan perintah juga patut dipertanyakan.
“Perintah siapa? Perintah Bupati? Apa iya Bupati tega menyuruh mengeksekusi pedagang kecil yang tidak mampu membayar?” lanjutnya.
Diketahui, para pedagang yang dieksekusi masih memiliki utang yang harus dilunasi. Namun, dengan tidak diperbolehkannya mereka berjualan, Sarifa menilai hal itu justru memperparah kondisi ekonomi para pedagang.
“Mereka datang ke saya sambil menangis. Sebagai seorang ibu, saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Mereka berasal dari keluarga tidak mampu,” ujarnya.
Sarifa pun meminta agar setiap kebijakan yang menyangkut masyarakat kecil dikomunikasikan dengan baik, bukan dilakukan secara sepihak.
“Kalau ada persoalan seperti ini, tolong dikomunikasikan, jangan langsung dieksekusi. Sampai sekarang mereka tidak bisa berjualan,” pungkasnya.





















