TATIYE.ID (GORONTALO) – Ketersediaan infrastruktur kesehatan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan di tengah maraknya isu virus corona di Indonesia. Kekhawatiran masyarakat kini telah memuncak dengan mempertanyakan fasilitas Rumah Sakit di daerah.
Layaknya seperti Rumah Sakit Aloe Saboe Kota Gorontalo yang menjadi satunya-satunya tempat rujukan penanganan virus corona. Dengan kondisi terburuk, rumah sakit ini hanya bisa menampung maksimal 10 pasien yang terindikasi virus corona, mengingat Dokter spesialis paru hanya ada dua orang.
“Kondisi ini sesungguhnya kita di Pemprov Gorontalo khawatir. Di saat Rumah Sakit Aloe Saboe yang ditetapkan sebagai RS rujukan yang kita miliki, kondisinya sangat terbatas baik dari ruangan, alat kesehatan dan tenaga medis,†ujar Kepala Bapppeda Budiyanto Sidiki, Jumat (20/3/2020).
Olehnya disadari, sangat penting terwujudnya pengembangan Rumah Sakit dr. Hj Hasri Ainun Habibie (RS Ainun) di Gorontalo. Rumah sakit yang berdiri sejak tahun 2014 itu diharapkan bisa dikembangkan menjadi rumah sakit rujukan tipe B dengan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
“Tapi mohon maaf, berbagai argumentasi tentang perlunya kita punya rumah sakit skala provinsi selalu saja dimentahkan dengan berbagai argumen yang tidak rasional dan tidak proporsional dari oknum tertentu. Mungkin karena “mereka†tidak pernah mengalami kejadian ketika sakit tapi ditolak karena alasan ruangan penuh,†jelas Budi.
Saat ini pengembangan RS Ainun melalui skema KPBU sedang memasuki tahap lelang. Berdasarkan hasil hitung-hitungan konsultan dan rekomendasi aparat penegak hukum, nilai pengembangan RS Ainun ditaksir merogoh kocek Rp596 miliar. Angka itu relatif lebih kecil dari perhitungan awal sebesar Rp801 miliar. (*)






















