3 Upaya Agar Anak Tak Kecanduan Gawai Elektronik

Kini
anak-anak lebih serius memandangi gawai mobile yang mereka pegang,
seperti ponsel pintar atau sabak, ketimbang memerhatikan lingkungan sekitar.
Peranti itu mulai menggantikan televisi dan game watch yang populer dua
hingga tiga dekade lalu.

Kini anak-anak lebih serius memandangi gawai mobile
yang mereka pegang, seperti ponsel pintar atau sabak, ketimbang
memerhatikan lingkungan sekitar. Peranti itu mulai menggantikan televisi dan game
watch
yang populer dua hingga tiga dekade lalu.

Tidak melulu buruk, namun terkadang gawai
menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi orang tua. Mata menjadi organ pertama
yang mungkin akan terkena dampaknya.

Linda Amalia Sari, saat itu Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dalam Tempo.co (14/10/2014), menyatakan 80 persen dari anak Indonesia
mengalami gangguan pada mata karena ponsel/tablet.

Tidak mengherankan jika kini semakin banyak
terlihat anak-anak kecil yang sudah menggunakan kacamata. Apalagi harga ponsel
dan tablet semakin terjangkau.

Liza Marielly Djaprie, seorang Psikolog
Klinis dan Hipnoterapis, menjelaskan bahwa anak itu merupakan cerminan
lingkungannya.

“Anak itu layaknya sebuah spons, di mana saat
masih baru ia masih kering. Namun ketika kita masukkan spons itu ke dalam
cairan maka ia akan menyerap banyak cairan tersebut,†perumpamaan yang
diucapkan Liza dalam acara LEGO di Jakarta, Jumat (12/8).

Ibu dari empat anak ini menuturkan tiga upaya
yang harus ditempuh untuk memupuk minat anak sekitar umur dua tahun ke atas
selain kecanduan gawai.

Pertama, dimulai dari lingkungan tempat ia
hidup. Liza menjelaskan sang anak harus diberi contoh oleh lingkungan dan peran
serta orang tua sendiri. Kedua, repetisi dan persistensi. Butuh pengulangan dan
kegigihan orang tua untuk terus menerus memberi contoh pengarahan apa yang
ingin diserap oleh anaknya.

Ketiga adalah tantangan. Liza mengatakan jika
pengarahan yang sama terus diulang-ulang maka sang anak bisa merasa jenuh. Oleh
sebab itu orang tua diharuskan memberi tantangan yang menarik agar sang anak
dapat terus tertarik.

“Orang tua diharapkan untuk lebih kreatif
untuk membuat tantangan-tantangan baru sehingga anak selalu terpacu akan
tantangan, karena dasarnya rata-rata anak kecil suka dengan hal yang menantang,â€Â
paparnya.

Liza tak menampik, karena hidup di era gawai,
tak mungkin melarang anak untuk menyentuh gawai sama sekali. Jangan sampai anak
tertinggal dengan kawan-kawannya. Hanya saja, komposisinya sebisa mungkin lebih
sedikit dibanding benda pembelajaran lain misal buku atau mainan.

Mengutip karya tulis Martin L. Seligman, Liza
menyebutkan ada tiga aspek yang harus dipenuhi oleh remaja hingga orang dewasa
untuk menjadi individu dengan mental yang sehat. Ketiganya adalah cinta, kerja,
dan main.

Cinta yang dimaksud bukan hanya dengan
pasangan tetapi juga relasi dengan orang-orang terdekat. Sedangkan kerja adalah
sebagai tempat seorang individu dapat mengaktualisasi diri. Terakhir dan yang
paling sering dilupakan adalah bermain.

“Terkadang sebagai dewasa kita lupa untuk
bermain. Kita terlalu sibuk dengan hal-hal yang serius dalam hidup. Padahal
tanpa adanya bermain dapat membuat seseorang menjadi stress dan tertekan,â€Â
kata Liza.

Ia menuturkan, di luar negeri permainan ini
sudah digunakan untuk memfasilitasi proses menghasilkan ide-ide kreatif dan
memecahkan masalah. Hal ini memotivasi LEGO, perusahaan mainan yang bermarkas
di Denmark, untuk menjangkau seluruh lapisan umur.

#BuildingArchipeLEGO

Sebagai ajang promosi sekaligus memeriahkan
ulang tahun ke-72 Republik Indonesia, LEGO mengadakan acara
#BuildingArchipeLEGO di Mall Kota Kasablanka, Jakarta.

Dalam acara di atrium Food Society terpampang
lambang negara Indonesia Burung Garuda berukuran 3×3 meter yang dibuat dari
3.500 buah LEGO. Karya tersebut dibuat oleh dua orang dengan waktu pengerjaan
selama 7 hari.

Selain itu, dalam acara ini diadakan beragam
aktivitas yang dapat diikuti oleh segala lapisan umur. Sebut saja ada area
bermain yang memberi akses anak-anak untuk berkarya dengan LEGO secara gratis.

Ada juga kegiatan Photography Coaching
Clinic, sebuah talkshow berisikan materi-materi mengenai teknik
fotografi objek LEGO yang dipandu salah satunya oleh Chaierdaurie Chatar,
pendiri Legographerid, sebuah komunitas penggemar fotografi LEGO.

Bagi orang tua juga ada acara Parenting
Talkshow bersama dokter spesialis anak pada tanggal 19 Agustus. Acara
#BuildingArchipeLEGO ini dapat dikunjungi hingga 20 Agustus. (Beritagar.id)

Exit mobile version